Tuesday, March 5, 2019

Kebebasan di dalam Negeri #Jancukers

Judul : Republik #Jancukers
Penulis : Sujiwo Tejo
Editor : Mulyawan Karim
Tahun : Cetakan ke-tujuh, September 2016
Penerbit : Penerbit buku kompas
Tebal buku : xvi + 400 hlm; 14 cm x 21 cm
ISBN : 978-979-709-677-9

Kesan pertama : "Kejujuran dalam menuliskan fakta membuat mata dan hati terhenyak akan keadaan yang ada."

Sampul depan
Buku yang ditulis oleh seorang dalang yang dulunya wartawan, yang mana buku ini ditulis untuk mengutarakan gagasan-gagasan yang dinilai mulai tercerabut dalam kebiasaan bermasyarakat. Banyak norma yang diabaikan dan terlalu banyak drama dalam pemerintahan beberapa kali disorot dalam buku ini. Di bagian pengantar Sujiwo Tejo menuliskan:
"Jika dengan Jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu..."
Perlu diperhatikan bahwa kata "Jancuk" disini adalah untuk sapaan akrab yang biasa digunakan di Surabaya. Buku ini ditulis dalam bahasa Indonesia, didalam buku ini disertai album musik berbahasa jawa dan bahasa Inggris yang ditulis langsung oleh Sujiwo Tejo.

Buku ini dibagi menjadi tiga belas subab dengan enam sampai tujuh cerita di dalamnya. Setiap bab dan subab diberi judul yang unik, aneh dan nyleneh. Dimana di dalam ceritanya merupakan gabungan cerita tokoh pewayangan, kehidupan sosial dan skandal pemerintahan. Setiap cerita disajikan dengan kata-kata yang mudah dicerna, cukup menghibur dan sindirannya sangat mengena. Cerita dalam buku ini juga memuat banyak anekdot, anekdot yang notabenenya langsung diperuntukkan kepada para penguasa yang masih lalai dalam mengabdi.

Sujiwo Tejo menggunakan istilah "negeri #Jancukers" untuk menjadikannya lebih etis karena memang tidak bisa lansung menyebutkan negeri kita sendiri. Contohnya di subab berjudul Valentine dituliskan : "Pertama, di negeri #Jancukers mirip-mirip NKRI. Susah sekali mendapatkan mawar hitam...". Dalam beberapa cerita di buku ini sering di cantumkan cuitan twitter yang berisi pertanyaan atau pernyataan untuk Sujiwo Tejo. Contohnya di akhir subab berjudul Valentine dituliskan : "@saukirdwn: Berarti menjelang Valentine UMR naik?" lalu Sujiwo Tejo menjawab : "Heuheuheuheu.... Cinta kan tak cuma ada di hari Valentine. Sama halnya, apakah di luar Hari Kartini berarti Hari Kartono"?.

Cerita yang disodorkan memang campuran genre komedi serta topik yang berganti dengan baik di setiap bab nya membuat pembaca tidak jenuh dan ingin melanjutkan bacaan ke halaman selanjutnya. Namun sedikit kekurangan dalam buku ini adalah begitu kentalnya bahasan politik di beberapa titik, sehingga bagi pembaca yang tidak mengikuti kejenuhan politik di negeri ini perlu membuka referensi dari berita-berita yang dimuat di koran. Selebihnya, buku ini patut diapresiasi karena keterbukaannya dalam membahas permasalahan yang ada, kadang ada masalah yang perlu nasehat, ada masalah yang hanya perlu ditertawakan dan ada masalah yang mana kita cukup tahu saja.

No comments:

Post a Comment

Berdo'a kepada Allah Melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Oleh : KH Syaifuddin Zuhri Tempat : Masjid Al-Azhar Turen Usaha kita yang pendosa ini adalah berusaha dan berdo'a, meminta wasilah kubr...