Showing posts with label Resensi Buku. Show all posts
Showing posts with label Resensi Buku. Show all posts

Tuesday, October 31, 2023

Keajaiban Toko Kelontong Namiya : Para Konsultan Handal

 


Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya oleh Keigo Higashino ini mengusung konsep misterius namun santai. Kisahnya diawali dengan acara kabur dari para pencuri kelas teri yaitu Shota, Atsuya dan Kohei. Ditengah usaha mereka untuk kabur mobil yang mereka curi kehabisan bahan bakar dan mereka memutuskan untuk menunggu fajar tiba di sebuah ruko kosong di pinggir kota. Kisah seru ini dimulai dengan datangnya surat pertama dari Kelinci Bulan yang mengkonsultasikan masalah asmara dan impiannya.


Ketiga sohib itupun (setelah berselisih paham) menjawab surat si Kelinci Bulan. Jawaban yang mereka berikan sangat menohok bagi Kelinci Bulan. Kemudian mereka berkorespondensi dengan cara yang awalnya ganjil dan ajaib. Tiga sohib itu akan menerima surat dari pintu gulung di depan toko kelontong, lalu mereka akan meletakkan surat balasan di kotak susu yang berada di belakang rumah. 


Setelah saling mengkonfirmasi dengan pengirim surat misterius, mereka kemudian sadar bahwa surat-surat itu datang dari masa lalu. Dimana ketika pintu ruko tersebut ditutup, aliran waktu bagi orang yang berada di dalam ruko akan terhenti. Mereka baru menyadari keajaiban ini ketika ada salah satu diantara mereka yang keluar untuk membeli minum, dia hanya keluar beberapa menit, namun bagi kedua teman yang ada di dalam ruko waktu seakan suadah berjalan satu jam. Karena tiga sohib ini tidak memiliki tempat tujuan lagi untuk bersembunyi, merekapun memutuskan untuk membalas surat-surat yang datang dari masa lalu itu.


Sebenarnya toko kelontong Namiya ini adalah milik keluarga Namiya, yang mana sesi konsultasi dimulai oleh kakek Namiya. Kakek Namiya ini awalnya hanya membantu menjawab keluh kesah anak-anak perihal masalah mereka di sekolah, candaan mereka tentang apa yang ada di sekitar mereka. Hingga suatu hari kakek Namiya ini mendapat sepucuk surat yang berisi masalah pelik yang dialami oleh seorang anak SMP dari keluarga kaya. Sejak saat itulah kakek Namiya mulai menerima konsultasi masalah kehidupan. Mereka yang ingin berkonsultasi dipersilakan menaruh surat di pintu gulung yang terletak di depan toko, kemudian paginya surat balasan akan diletakkan oleh kakek Namiya di kotak susu belakang rumah untuk kemudian diambil oleh yang bersangkutan.


Hemat saya, yang membuat novel ini menarik, adalah pengemasan kisah yang misterius. Alur yang digunakan oleh penulis adalah alur maju mundur. Serta digunakan beberapa sudut pandang cerita, dimana dalam satu bab bisa jadi terdapat beberapa sudut pandang yang berbeda. Namun hal itu bukannya malah membuat pusing, justru membuat pembaca tertantang untuk membaca lebih jauh. Masalah yang dihadirkan oleh penulis juga merupakan masalah yang beraneka rupa. Mulai dari masalah yang santai hingga masalah yang mungkin dianggap tabu oleh masyarakat. Mungkin novel ini lebih tepat dikategorikan sebagai novel psikologi, karena sarat akan nasehat dan pemaknaan dalam kehidupan. Kisah dan cara penyampaian yang digunakan penulis mampu masuk kedalam lubuk hati pembaca. Membuat pembaca merenungi hidup dari sudut pandang yang beraneka rupa.


Beberapa kutipan dari novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya oleh Keigo Higashino : 


“Aku ingin kau, termasuk aku, bisa menghargai nyawa seseorang.”


Satu-satunya alasan nasihatku bisa membantu mereka tidak lain karena niat di pengirim surat sendiri. Senadainya mereka tidak berkeinginan menjalani hidup dengan baik dan tekun, mungkin jawaban apa pun yang kuberikan tidak akan ada gunanya bagi mereka.


Akan tiba masa dimana sekedar lulus dari universitas belum tentu menjamin Anda mendapat pekerjaan.


“Bagiku, membuang cita-cita demi orang yang dicintai jauh lebih menyakitkan daripada kematian. Meskipun terpisah jauh, hati kita akan selalu satu. Kau tak perlu khawatir lagi karena aku ingin kau terus mengejar impianmu tanpa penyesalan.”


Cobalah untuk mengubah sudut pandang. Karena peta Anda masih berupa kertas kosong, Anda jadi bebas menggambar apa saja. Semuanya terserah pada Anda. Anda bebas melakukan apa saja karena kesempatan terbentang luas di hadapan Anda. Bagi saya, ini adalah hal yang menakjubkan. Percayalah pada diri sendiri. Saya do’akan semoga Anda bisa menjalani hidup dengan bebas tanpa penyesalan.

Monday, October 16, 2023

Gadis Kretek : Perihal Kisah, Sejarah, Budaya dan Perempuan

 ***

Novel Gadis Kretek oleh Ratih Kumala


Novel ini menggunakan alur maju-mundur, dan menggunakan cara bercerita yang berbeda-beda di setiap bagiannya. Ada bagian yang diceritakan dari sudut pandang tokoh Lebas sebagai “aku” dan banyak bagian lainnya dituliskan dalam sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita.


Novel ini menceritakan tiga generasi sekaligus. Mulai dari zaman peralihan penjajahan Belanda dan Jepang hingga kemudian Indonesia merdeka. Kemudian zaman ketika PKI sedang santer sampai sejarah kelam ex-PKI. Diakhirkan pada zaman modern, dimana semua hal (seakan) menjadi lebih mudah dan lancar.


Kisah dibuka dengan gegernya keluarga akibat sang Romo (yang mengalami sakit tak berkesudahan) menyebut-nyebut nama Jeng Yah, seakan permintaan terakhir Romo adalah Jeng Yah. Dikatakan geger karena sang Ibu kemudian sangat marah dan dendam ketika nama Jeng Yah disebut-sebut. Membuat tiga bersaudara (Tegar, Karim dan Lebas) mau tidak mau harus mencari kabar dari Jeng Yah.


Dalam perjalanan tiga bersaudara menelusuri jejak Jeng Yah, penulis mengajak membaca mengarungi sejarah yang berkelindan dari rokok Djagat Raja. Dimulai dengan kisah cinta dan persaingan tokoh Idroes Moeria dan Soedjagat dalam memperebutkan Roemaisa, anak si Juru Tulis. Dari kisah ini yang patut digarisbawahi adalah tekad kuat dari Roemasia yang bertahan dengan sangat baik saat sang suami Idroes Moeria diculik oleh tentara Jepang. Kemudian tekad kuat yang dipegang teguh oleh Idroes Moeria dalam memperjuangkan apa yang dia yakini (lebih keren disebut visi dan misi).


Kemudian penulis juga mencoba menonjolkan budaya yang mungkin dianggap masih tabu yaitu perokok wanita. Dimana dalam novel ini dua tokoh perempuan tangguh yaitu Roemasia dan anak sulungnya Dasiyah tidak jauh-jauh dari barang yang bernama rokok. Penulis mencoba mengangkat sisi lain dari perempuan lewat dua tokoh tersebut. Bahwa perempuan itu bukan hanya simah (isi rumah) yang menjadi pelengkap dalam kedigdayaan suami sebagai laki-laki. Perempuan adalah tonggak, yang bisa berdiri dengan teguh, yang juga memiliki keyakinan, cita-cita dan juga berhak menentukan keputusan sendiri. Penulis dengan apik memoles kepribadian kedua tokoh tersebut dengan baik tanpa kehilangan sisi feminim tokoh tersebut.


Kehidupan yang bergulir, silih berganti ditunjukkan dengan apik oleh penulis. Dimana penulis mampu meramu berbagai pahit manis kehidupan dari kisah-kisah yang dialami oleh tokoh. Dengan banyaknya sudut pandang dalam memaknai suatu peristiwa penulis sebenarnya sedang menunjukkan, bagaimana sesuatu dikenang oleh pihak yang kalah dan oleh pihak yang menang. Namun sekali lagi, dalam novel ini kemanangan dan kekalahan dikaburkan oleh takdir yang bisa dibilang realistis.


Sebuah peringatan : penulis dengan sangat cerdik menjadikan pembaca seakan candu dengan kisah ini, dan pada akhirnya ceirta ditutup dengan plot twist yang sangat-sangat realistis.


Selamat membaca sembari menikmati sensasi rokok yang candu dalam kisah Gadis Kretek oleh Ratih Kumala.


***



Monday, August 28, 2023

If You could Go Back, Who would You Want to Meet? (1)

 


Funiculi Funicula (Before the Coffee Gets Cold) – Toshikazu Kawaguchi


Kafe kecil di Tokyo bernama Funiculi Funicula milik Nagare Tokita terkenal karena bisa mengantarkan pelanggannya melintasi waktu. Namun, banyak pelanggan yang menyerah karena peraturan yang dibuat sangat rumit. Pertama, orang yang bisa kamu temui adalah yang pernah berkunjung ke kafe. Kedua, semua yang kamu lakukan tidak akan mengubah masa kini, apapun alasannya. Ketiga, untuk kembali ke masa lalu, kamu harus duduk di sebuah kursi tertentu. Jika kursi tersebut masih ditempati, maka kamu harus menunggu sampai kursi itu kosong. Keempat, kamu tidak bisa pergi dari kursi itu saat menjelajah waktu. Terakhir, perjalanan mu dimulai saat kopi dituangkan dan harus berakhir saat kopi telah dingin.

Orang yang menuangkan kopi (yang akan mengantarkan mu ke masa lalu) beranama Kazu Tokita, hanya dia yang bisa melakukan ritual tersebut. Seorang wanita bergaun putih yang selalu duduk di kursi adalah hantu, dan bila kamu memaksanya pindah dari kursi kamu akan terkena kutukan. Terdapat tiga jam di dalam kafe, tapi hanya ada satu yang menunjukkan waktu yang sebenarnya. Interior kafe berisi benda-benda antik, tidak ada jendela di dalamnya, sehingga suasana kafe akan tetap sama entah itu siang atau malam hari.


1.       Kekasih

Kisah pertama adalah perpisahan sepasang kekasih di kafe itu. Fumiko ditinggalkan oleh kekasihnya Goro untuk pergi ke Amerika demi meraih impiannya. Satu pekan berlalu dan Fumiko yang patah hati meminta dengan sangat untuk dikembalikan ke masa lalu, disaat Goro memutuskan hubungan mereka.

 

2.       Suami – Istri

Kisah kedua adalah sepsang suami istri, dimana sang suami Fusagi menderita Alzheimer, yang bahkan membuatnya melupakan sang istri Kotake. Fusagi adalah pelanggan kafe yang menanti giliran untuk kembali ke masa lalu guna menyerahkan sepucuk surat kepada Kotake. Suatu malam Kotake secara tidak sengaja mendapati wanita bergaun putih itu bangkit dari tempat duduknya. Kotake kemudian melakukan perjalanan ke masa lalu untuk menemui Fusagi dan meminta surat yang seharusnya sejak lama sudah dia terima.

 

3.       Kakak – Adik

Kisah ketiga adalah kisah kakak (Hirai) dan adik (Kumi). Hirai memutuskan keluar dari keluarganya sejak umur 18 tahun untuk hidup bebas mengejar impiannya di Tokyo. Sedangkan Kumi terpaksa harus menjadi manager penginapan keluarga di Sendai, Prefektur Miyagi. Kumi yang pantang menyerah terus mengunjungi Hirai untuk berkenan pulang. Tragisnya, Kumi mengalami kecelakaan mobil saat pulang dari Tokyo. Hirai yang bersedih dengan segenap jiwanya, mencoba pergi ke masa lalu untuk bertemu mendiang sang adik.

 

4.       Ibu dan Anak

Kisah terakhir adalah kisah Kei, istri Nagare yang sedang hamil dengan sangat kesakitan akibat penyakit jantung yang dideritanya sejak kecil. Kei yang ingin terus mempertahankan kehamilannya mengkhawatirkan sang bayi yang mungkin saja akan tumbuh besar tanpa kasih saying Kei. Untuk menguatkan tekadnya mengandung sang buah hati, Kei meminta diantarkan ke masa depan, masa dimana sang anak telah hadir di dunia.

Penulis menuangkan kisah keseharian yang menarik dalam karyanya. Dimana para tokoh memiliki latar belakang yang beragam, namun kisahnya meresap dalam sanubari banyak orang. Berkaitan dengan penyesalan, kesedihan, ketakutan dalam menerima kenyataan sampai harapan yang rela digenggam untuk melanjutkan hidup. Dalam seluruh kisahnya, para tokoh telah merelakan segala ekspektasi yang mereka miliki, mereka rela mematuhi peraturan rumit hanya untuk bertemu orang yang mereka cintai. Meskipun kenyataan tiada yang berubah, namun dengan melintasi waktu mereka mendapatkan kekuatan baru.

Kafe Funiculi Funicula memberikan kesempatan untuk menjelajah waktu, tidak untuk mengubah keadaan. Kesempatan itu digunakan untuk mengubah pemikiran sang penjelajah. Life goes on, yang pergi tetap tidak bisa tinggal, namun yang tinggal harus berjuang sampai akhir.


Sebuah kutipan dari novel ini :

Pada akhirnya, kenyataan tidak berubah bagi mereka yang kembali ke masa lalu ataupun mereka yang pergi ke masa depan. Lalu, apa istimewanya kursi ini?

Akan tetapi, Kazu memilih untuk terus meyakini bahwa kekuatan hati cukup bagi seseorang untuk melewati kenyataan yang dihadapinya, sepahit apapun kenyataan itu. Meskipun tak bisa mengubah kenyataan, asalkan masih ada hati yang tergerak untuk berubah, selama itu pula kursi tersebut istimewa. 




Saturday, June 10, 2023

REVIEW LAUT BERCERITA : KISAH MEREKA YANG TENGGELAM DEMI PERUBAHAN

 


Laut Bercerita adalah karya epik dari Leila S. Chudori, penulis ternama Indonesia yang terkenal dengan gebrakan dalam novel yang ditulisnya.

Dalam Laut Bercerita, Leila S. Chudori kembali menggebrak pembaca lewat kisah perjuangan para pemuda zaman reformasi.

Novel ini akan membawa pembaca kembali menelisik perjalanan sejarah Indonesia dalam pergantian rezim Orde Baru.

Leila yang dulunya seorang wartawan melakukan riset dan wawancara nyata kepada para penyitas perjuangan era reformasi.

Ini adalah sebuah novel fiksi, namun perlu diingat bahwa kejadian yang ditulis adalah kenyataan yang dialami para korban.

SINOPSIS :

Penulis membagi novel ini dalam dua babak, masing-masing dengan sudut pandang pertama, namun dari sudut dua tokoh yang berbeda.

Bagian pertama bertajuk “Biru Laut”, dia adalah seorang mahasiswa universitas terkemuka di Yogyakarta yang memiliki semangat juang membara.

Buku adalah sahabat lekat Laut, hingga kemudian buku-buku karya Pramodya mengantarkannya bergabung dalam Winatra.

Winatra adalah sebuah organisasi yang menaungi mahasiswa untuk berdisusi perihal buku dan politik.

Laut semakin sibuk dengan kegiatan di Winatra dan mengikuti demonstrasi kepada pemerintahan yang diam-diam direncanakan oleh anggota Winatra.

Disamping itu Laut tetap konsisten dengan beban akademiknya, dimana dia masih mengerjakan skripsi hingga tuntas.

Bagian kedua bertajuk “Asmara Jati”, dia adalah adik Laut, seorang mahasiswa kedokteran yang berjuang menemukan kakaknya.

Asmara adalah wanita cerdas dan kuat, dia terus mencari jejak Laut dan menghadapi kesedihan kedua orangtuanya.

Setelah perjuangan yang memilukan akhirnya Asmara menemukan informasi adanya tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu.

PESAN :

Melalui buku ini, kita bisa merefleksikan bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah hasil perjuangan.

Perjuangan yang tiada pernah berhenti, dimana keadilan dan kesejahteraan belum juga tercanang diatas negeri ini.

Maka jangan sampai kita melupakan sejarah, jangan biarkan kebernasan ini terulang di masa kini maupun masa depan.

Snippet : Laut Bercerita, karya Leila S. Chudori yang menduduki buku terlaris dalam waktu yang cukup lama. Diangkat dari kisah nyata para korban tragedi reformasi 1998.

 

 



Tuesday, December 28, 2021

Kim Ji-Yeong Lahir 1982


Judul :  82년생 김지영 (Kim Ji-Yeong Lahir 1982)

Penulis : 조남주 (Cho Nam-joo)

Alih Bahasa : Iingliana

Ini adalah judul buku pertama yang saya baca dari penulis Korea. Berisi tentang seorang wanita Korea yang hidup dalam lingkungan patriarki. Kisah yang disuguhkan penulis merefleksikan keresahan para perempuan yang selama ini terbungkam. Imaji lingkungan mengarahkan bahwa semua kesulitan yang dialami perempuan sudah dianggap sebagai "fitrah"nya para perempuan. Intinya buku ini adalah tentang refleksi dari segala kesulitan yang perempuan aalami, tidak hanya bagi perempuan Korea, tapi perempuan di belahan dunia lainnya.  Pada akhirnya kita para pembaca dituntut untuk merenung sejenak, bagaimana lingkungan yang kita tempati sekarang? Apakah sudah lebih baik? Apakah sama saja? Ataukah lebih mengekang?

Alur dari novel ini adalah alur maju, meskipun di bagian pembukaan menampilkan latar tahun 2015, tetapi di bab selanjutnya disajikan alur runtut dari tahun 1982 sampai tahun 2016. Pada awal bagian, dikisahkan Kim Ji-yeong (pemeran utama) sedang mengalami krisis emosi pasca melahirkan. Badannya yang lelah ditambah beban mental yang bertumpuk-tumpuk menyebabkan Ji-yeong terkadang menjadi orang lain di depan suaminya Jeong Dae-hyeon. Karena kejadian-kejadian aneh pada diri Ji-yeong semakin sering terjadi, maka Dae-hyon memutuskan untuk menemui psikiater.

Kemudian cerita dilanjutkan pada kenangan masa kanak-kanak Ji-yeong (1982-1994), masa remaja Ji-yeong (1995-2000), masa saat Ji-yeong kuliah dan bekerja (2001-2015) dan masa saat Ji-yeong menikah dengan Dae-hyeon (2012-2015). Melihat runtutan cerita yang bertahap dari tahun ke tahun secara tereperinci membuat pembaca merasa seperti menikmati sebuah biografi dari seorang Ji-yeong. Akan tetapi secara tidak langsung pengalaman-pengalaman yang diperoleh Ji-yeong bisa jadi juga dialami oleh banyak wanita di Korea bahkan di banyak belahan dunia bagian lainnya. Hal ini karena dalam perjalanan hidupnya Ji-yeong sering kali dinomor dua kan hanya karena dirinya perempuan. Ji-yeoang sering kali diharuskan mengalah karena dirinya perempuan. Ji-yeong dituntut memahami dan menanggung banyak hal karena dia perempuan.

Selain membahas mengenai kisah hidup Ji-yeong yang berjuang menghadapi dunia patriarki yang tidak adil, novel ini juga membahas mengenai kehidupan wanita-wanita lain disekitar Ji-yeong. Contoh tokoh wanita yang ikut diceritakan adalah Oh Mi-sook, ibu Kim Ji-yeong. Dalam sesi mengenai ibu Ji-yeong ini dikisahkan Mi-sook saat muda diharuskan bekerja untuk memenuhi kehidupan saudara laki-lakinya dan menyekolahkan saudara laki-lakinya utuk mengangkat derajat keluarga. Kemudian saat saudara laki-lakinya sudah sukses Mi-sook diharuskan menikah dan mengabdi kepada keluarga suaminya.

Kim Ji-yeong memang bila dibandingkan dengan ibunya sedikit lebih beruntung karena bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang perkuliahan dan dapat bekerja kantoran sebelum dia menikah. Akan tetapi di saat kuliah dan kerja pun kehidupan Ji-yeong tetap terasa sulit hanya karena dia perempuan. Contohnya saja saat bekerja Ji-yeong tidak bisa ikut dalam tim perencanaan hanya karena dia perempuan, padahal kinerjanya jauh lebih baik dibanding rekan kerjanya yang laki-laki. Kemudian saat telah menikah dan Ji-yeong tetap bekerja, banyak sekali yang mencibir Ji-yeong karena seharusnya perempuan yang telah menikah, terutama yang telah hamil tidak boleh keras kepala dengan tetap bekerja.

Masih banyak permasalahan-permasalahan lain yang dihadapi Kim Ji-yeong dan wanita-wanita lainnya dalam novel ini. Kemudian bagian akhir dari novel ini benar-benar masih menyisakan pertanyaan besar, yaitu apakah Kim Ji-yeong dapat sembuh? Tidak ada jawaban pasti, pembaca diminta untuk merenungkan sendiri.


sumber sampul : https://books.google.co.id/books?id=2EnEDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false 

Monday, May 10, 2021

Keteguhan Janji Seorang Pemabuk


Judul : Janji

Penulis : Tere Liye

Tahun : April, 2021


(Buku berjudul Janji ini ditulis oleh Tere Liye, sekarang masih tersedia di google play book saja.) 


Novel ini disajikan dengan sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita. Novel ini sejatinya berkisah tentang perjalanan hidup seorang pria bernama Bahar Safar. Akan tetapi penyampaian perjalanan hidup Bahar dimediasi oleh tiga orang santri yang ditugaskan oleh sang Buya (julukan Kyai di daerah Sumatra) untuk mencari keberadaan Bahar Safar. 


Cerita diawali oleh kenakalan tiga orang santri yang bernama Hasan, Kahar dan Baso. Ketiga santri tersebut dengan sengaja menambah garam kedalam teko minuman untuk rombongan presiden yang menggelar kampanye di pondok. Kemudian Buya mengetahui bahwa dalang dibalik minuman asin ini adalah tiga sekawan tersebut. Karena Buya adalah seorang guru yang berpegang teguh bahwa dia tidak akan mengeluarkan santri dengan alasan apapun, maka Buya memberikan sebuah hukuman spesial bagi tiga sekawan pembuat onar tersebut. 


Hasan, Kahar dan Baso diberikan hukuman spesial oleh Buya yaitu mencari keberadaan Bahar. Bahar adalah alumni pesantren empat puluh tahun lalu, yang dikeluarkan dari pesantren oleh Buya yang sebelumnya karena dia memicu kebakaran di area pesantren hingga membuat seorang santri meninggal dunia. Bahar adalah anak yang sangat nakal, hobinya adalah mabuk-mabukan, berjudi dan berkelahi. Akan tetapi setelah mengeluarkan Bahar, Buya justru bermimpi sangat aneh sekaligus spesial. Sang Buya bermimpi bahwa Bahar memiliki suatu yang sangat spesial dan mulia. Kemudian setelah Bahar pergi sang Buya berusaha mencari Bahar sepanjang hayatnya, hingga dia berpesan kepada anaknya (Buya yang sekarang) agar terus mencari Buya. Buya telah berusaha mencari Bahar kemanapun, begitu pula anaknya, tapi tidak pernah membuahkan hasil. 


Buya memberikan tugas kepada tiga sekawan untuk mencari Bahar karena mereka sama-sama nakal, berjiwa pemberontak dan ingin segera bebas dari penjara suci (pesantren). Nah, tiga sekawan itu diberikan hukuman ini sangat girang, karena jika mereka mampu menemukan Bahar, maka mereka mendapat tiket jaminan lulus dari Buya. Dibekali uang dan beberapa catatan oleh Buya, ketiga sekawan tersebut memulai misi mencari Bahar. Kemudian cerita dilanjutkan dengan simpul-simpul pencarian Bahar melalui orang-orang yang pernah berjumpa dan menjadi kolega Bahar. 


Disini penulis mengisahkan perjalanan hidup seorang Bahar yang mana dia berasal dari keluarga miskin, yatim-piatu, pemabuk dan nakal. Bahar digambarkan oleh penulis sebagai seorang pemuda yang sangat muak dengan kehidupan, dia ingin melampiaskan segala beban dengan mabuk dan berjudi. Tapi dalam diri Bahar ada titik dimana hati nuraninya dididik oleh pendidikan serta ilmu agama dari pesantren. Hati nurani tersebut bisa membuat Bahar berteguh pada janji yang telah dia ucapkan pada sang Buya sebelum dia melangkah keluar dari pesantren. 


Penulis menggambarkan perubahan Bahar dari seorang prmabuk menjadi seorang yang dipenuhi kebaikan dan keagungan akhlak karena janji yang telah dibuat tersebut. Bahar dikisahkan rela melakukan apapun, rela mengorbankan banyak hal dan rela berpindah-pindah keadaan demi memegang janji serta menebus kesalahan di masa lalunya. Sebenarnya Bahar tidak ingin menjalankan janji tersebut, tapi pada saat dia ingin melupakan janji tersebut hati nurani nya memaksa Bahar untuk menepati janjinya itu. 


Dari kisah Bahar kita dapat mengambil banyak pembelajaran berharga. Tentang bagaimana seharusnya kita bersikap pada tetangga kita, belajar dari Bahar sejauh mana dia berkorban demi tetangganya. Tentangga yang bahkan memandang Bahar sebelah mata, tapi Bahar tetap ringan tangan membantu. Kemudian Bahar selalu menjadi pembela bagi mereka yang tertindas tanpa memperdulikan bagaimana masa lalu orang yang dia bantu. Tambahkan lagi, Bahar selalu berkata jujur kepada siapapun. 


Kisah Bahar dan segala cobaan besar yang menimpanya membuat tiga sekawan tadi (termasuk kita para pembaca) tertampar akan realita dan belajar bagaimana melihat dunia ini dengan lebih bijak. Dikutip dari kesimpulan yang dikatakan oleh Kahar, yaitu : 

"Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan disana. Dan orang-orang yang memang sabar dan bersyukur, dia akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan."


Thursday, April 15, 2021

Idealisme dan Perjuangan Harus Berjalan Bersama


 GURU AINI

(Prekuel Novel Orang-Orang Biasa)

Karya : Andrea Hirata

 

Novel ini kembali mengingatkan aku bahwa menjadi seseorang yang idealis itu tidak masalah. Akan menjadi masalah bila kita menjadi seorang idealis yang pemalas dan patah semangat. Dari Guru Desi aku merasa mendapatkan bisikan bahwa untuk menjadi guru butuh pengorbanan dan pengabdian seutuhnya. Dari Aini aku bisa belajar arti dari ketekunan dan pantang menyerah begitu saja. Kemudian dari keseluruhan cerita yang dibawakan oleh Andrea Hirata aku bisa memahami bahwa kehidupan ini amatlah berwarna.

Alur novel ini adalah alur maju, perlahan namun pasti membuat kita kembali menelusuri bagian terpencil dari sebuah pulau di daerah Sumatra. Di awal bagian penulis menyuguhkan cerita mengenai Guru Desi yang sangat mencintai Matematika dan sangat idealis. Guru Desi sejak masih di bangku sekolah telah terobsesi dengan Matematika dan sejak itu dia mengukirkan cita-citanya sebagai guru Matematika. Kemudian mimpinya terwujud, di usia 18 tahun dia merantau untuk menjadi seorang guru di tempat yang sangat terpencil.

Kemudian Guru Desi berjanji akan menemukan murid yang jenius Matematika di desa terpencil tersebut. Tahun demi tahun Guru Desi menanti, kemudian muncul lah Debut Awaludin. Seorang murid yang sangat jenius dan imajinatif tetapi sangat naif. Debut sungguh membuat Guru Desi terpesona sekaligus kecewa bukan kepalang. Semangat Guru Desi perlahan redup tapi janji yang telah dia ikrarkan tidak boleh dan tidak bisa dia langgar. Guru Desi tetap gigih mengajar Matematika, tapi perlahan Guru Desi menjadi sosok guru yang dingin, jahat dan ditakuti.

Tahun kembali berganti, Guru Desi telah menjadi wanita dewasa seutuhnya, namun karena janjinya belum bisa dia tepati dia seakan berjalan ditempat, mengulangi rutinitas yang sama. Memarahi murid-murid dan merasa frustasi setiap selesai menilai hasil ujian. Kemudian penulis menyuguhkan karakter yang telah ditunggu-tunggu, Nuraini binti Syafrudin. Seorang gadis polos, lugu dan sangat takut terhadap Matematika, dikisahkan bahwa Aini mengalami sakit perut hebat saat jam pelajaran Matematika. Perihal ayahnya yang jatuh sakit dan keluarganya tidak mampu membiayai pengobatan ayahnya, Aini bertekad kuat untuk menjadi dokter.

Iya, kisah kemudian berlanjut dengan perjuangan Aini untuk mewujudkan cita-citanya itu. Aini dengan sangat berani memilih untuk datang kepada Guru Desi, dia meminta agar dia bisa belajar di kelas Guru Desi apapun konsekuensinya. Guru Desi awalnya sangat sanksi dengan niat dari Aini, Guru Desi berhipotesa bahwa niatan Aini untuk belajar Matematika hanya efek sesaat karena sakit yang diderita ayahnya. Akan tetapi hipotesa Guru Desi mulai terpatahkan saat Aini mampu bertahan selama dua pekan setelah pindah ke kelas Guru Desi.

Dalam novel ini penulis menyuguhkan sudut pandang dari Guru Desi dan Aini, sehingga kita sebagai pembaca bisa memahami dengan baik bagaimana rasa frustasi yang dialami oleh murid dan guru tersebut. Guru Desi yang selama lima pekan marah-marah hingga muntab karena Aini tak kunjung memahami konsep Matematika dasar. Dan Aini yang selama lima pekan semakin frustasi dan ketakutan bila dia sewaktu-waktu dikeluarkan dari kelas Guru Desi. Penulis kemudian kembali mengingatkan kita bahwa hal apapun yang kita inginkan akan terwujudkan jika kita mampu bertahan dalam ritme juang. Guru Desi terus memikirkan cara bagaimana dia bisa mengajari Aini dan Aini terus memperbaharui niat dan tekat untuk bertahan dan terus belajar dari Guru Desi.

Pada akhirnya, Guru Desi menemukan cara untuk mengajarkan Matematika kepada Aini, yaitu dengan metode pendekatan Kalkulus. Tak dapat dinanya, ternyata benar, kemampuan berfikir Aini dapat dipancing dari pendekatan Kalkulus. Kemudian Aini sangat amat bahagia karena pada akhirnya ada ilmu yang bisa dia pahami. Aini semakin bersemangat untuk belajar, dia tuliskan rumus-rumus Matematika di dinding kamarnya, dia pelajari rumus itu, dia renungkan rumus itu dan dia kerjakan soal yang diberikan Guru Desi. Di sisi lain, akhirnya Guru Desi merasa motivasi mengajarnya kembali hadir. Setelah membuat seoarang Aini yang awalnya buta dengan Matematika hingga membuat Aini memahami Matematika membuat Guru Aini kembali menjadi versi terbaik dari dirinya.

Beberapa kutipan yang aku sukai dari Novel ini :

·   “Pendidikan memerlukan pengorbanan, Bu. Pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah.”

·         Math is like respect, you have to give it, to get it!

·         “Waktu menantang pertempurang yang takkan pernah kita menangkan.”

·         “Aku anak ayahku, Bu, ayahku adalah tanggung jawabku.”

·   “Kurasa guru yang baik adalah guru yang dapat memacu kecerdasan muridnya. Guru yang lebih baik adalah guru yang dapat menemukan kecerdasan muridnya. Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah mencari cara agar muridnya mengerti!”

·  “Dalam perjalanan yang panjang menuju keikhlasan,kita akan menemukan harapan.Dalam perjalanan yang berliku-liku menuju pengorbanan, kita aka menemukan keberanian. Namun kejujuran pada diri sendiri, akhirnya kita akan pulang.”

·  “Aku tak pandai menulis puisi seindah Guru Desi. Namun pada dunia ingin kukatakan bahwa namaku Aini, dan Guru Desi adalah guruku, Guru Desi adalah guru Aini. Itulah puisi paling indah di dunia ini bagiku.”

·    “Dalam kesepian yang getir dan menyesakkan, tersemat sesuatu yang paling didambakan manusia ... kemerdekaan.”

 

 

Thursday, April 23, 2020

Anak adalah Cerminan dari Sebuah Keluarga

Sampul depan buku

Judul : Si Anak Cahaya
Penulis : Tere Liye
Co-author : Sarippudin
Editor : Ahmad Rivai
Tahun : Cetakan ke 2, Maret 2019
Penerbit : Republika
ISBN : 978-602-5734-54-0
Fisik : 421 hlm; 21 cm

Anak adalah cerminan dari sebuah keluarga. Kalimat itu benar sekali, dalam novel ini Tere Liye mengisahkan tentang Nurmas, seorang anak perempuan yang hidup dalam keluarga dengan pemahaman hidup yang kokoh. Nurmas, panggilannya Nung, anak dari ibu Qaf dan pak Yahid, dia memiliki seorang adik bernama Unus. Bersama teman-teman terbaiknya (Jamilah, Siti, Rukayah) Nung menjalani masa kecilnya yang bahagia dan ceria. Bersekolah dan mengaji dari guru-guru terbaik, yaitu Pak Zen dan Kakek Berahim. Aku akan mencoba menceritakan beberapa kisah yang aku suka dari novel ini. Tambahan, latar waktu cerita ini adalah ketika usia Republik Indonesia masih belia.

Cerita dimulai dengan tentara yang melakukan seleksi keanggotaan baru ke desa-desa pelosok, salah satunya ke desa Nung. Nung adalah anak yang cerdas dan mudah bergaul dengan siapa saja, termasuk pada Letnan Harris. Nung bertanya pada Letnan Harris, apakah mungkin seorang perempuan menjadi pahlawan, dan beliau sangat mengiyakan, karena banyak sekali pahlawan perempuan Indonesia yang mengangkat senjata untuk memperjuangkan kemerdekaan. Letnan Harris juga memuji nama Nung, dia berkata “Nama kau Nurmas, itu nama yang indah sekali Nur itu cahaya, mas atau emas itu logam mulia yang berharga. Aku harap, suatu saat cahaya dan kemuliaan kau akan menyatu, berkilau.”

Kemudian cerita mengenai Nurmas dan Datuk Sunyan, perlu diketahui Nurmas dan keluarganya sangat taat beragama. Ketika bapaknya sakit dan Datuk Sunyan hendak mengobati bapaknya, ibu Qaf dan Nung segera menghadang. Untung saja ketika itu ada dokter tentara yang dibawa Nung untuk membantu mengobati bapaknya, pak Yahid pun sembuh selepas meminum obat dari dokter. Perihal jimat ini berlanjut ketika banyak sekali orang tua yang menyuruh anaknya memakai jimat untuk menolak balak, hal ini membuat cemas kakek Berahim karena anak-anak bahkan membawa jimat ketika mereka mengaji. Kakek Berahimpun memarahi dan menasehati mereka “Buat apa kalian mengaji kalau masih menduakan Tuhan? Kalian pikir semua bumbu dapur itu bisa melindungi kalian dari marabahaya? Kecuali marabahanya kelaparan, itu mungkin masuk akal bisa diatasi bumbu dapur. Sekarang mari kita baca Surah Al-Ikhlas. Lantangkan dengan lisan, pahami dengan otak, maknai dengan hati.”

Masalah kembali muncul ketika Jamilah tetap saja membawa jimat kesekolah dan ini membuat resah Nung dan kawan-kawan yang lain. Akhirnya Nung mengambil jimat itu diam-diam, tapi suatu hari Jamilah mengetahuinya dan membuat hubungan persahabatan mereka merenggang. Akan tetapi bukan Tere Liye namanya kalau tidak bisa mengarahkan kisah persahabatan itu dengan bijak dan apik. Dalam masalah jimat ini, ada kalimat kesimpulan yang dikatakan oleh dokter Van Arken, yaitu “Aku tidak tahu apa maksud jimat ini, Nak. Yang aku tahu persis, bila dua teman sedang marahan, salah paham, jika besok lusa mereka berbaikan, mereka akan menjadi semakin dekat dan saling memahami. Itu selalu spesial. Selalu menyenangkan melihat persahabatan sejati.”

Bab berjudul Harga Sebuah Pilihan adalah salah satu bab yang menarik perhatianku, manakala pak Yahid menceritakan kepada Nung, masa mudanya yang bisa dibilang sedikit kelam. Waktu itu, masih zaman kolonial Belanda dan Yahid muda mengikuti PKI, membuatnya menafikkan agama dan marah terhadap bapaknya sendiri yang merupakan seorang imam masjid. Yahid memutuskan keluar dari kampungnya dan dia mengabdikan dirinya hingga menjadi kamerad terhebat. Suatu malam dia dan kameradnya yang lain menyerbu perkumpulan “sok alim”, akan tetapi serdadu Belanda mengetahui kegaduhan itu. Belanda menyerang, Yahid tertembak dan ditinggalkan teman-temannya. Yahid ditolong oleh perkumpulan “sok alim” itu (salah satunya adalah Qaf), setelah sembuh Yahid kembali ke markasnya. Namun dia justru mendapatkan hinaan dari Dalukas dan kamerad yang lain dan disaat yang hampir bersamaan markasnya diserbu Belanda, anak Dalukas tertembak dan Yahid kabur dari hingar bingar itu. Cerita berlanjut ketika Yahid ditangkap Belanda dan akhirnya diasingkan selama tiga tahun, dimasa pengasingan inilah Yahid mengalami titik balik dalam hidupnya. Yahid diasingkan bersama Kyai, di tahun ketiga akhirnya Yahid mau membuka hatinya untuk bertaubat kepada Allah. Ketika Yahid bertanya masihkan ada ampunan untuknya, sang Kyai dengan bijak menjawab “Ampunan Tuhan seluas langit dan bumi ini, Nak. Selalu ada ampunan bagi orang-orang yang kembali.”

Dalam bab Harga Sebuah Pilihan, aku juga suka bagian ini, ketika Nung bertanya mengapa Dalukas bisa sejahat itu, memengaruhi teman-temannya bahwa Tuhan tidak ada. Dan Pak Yahid menjawab :
“Itulah pentingnya kita selalu mau saling mengingatkan, saling menasehati, Nung. Sekali kita merasa paling benar, lantas menuduh orang lain bodoh, maka perlahan kita bisa berada di titik yang sangat berlebihan. Kita mulai memaksakan kehendak, mulai melakukan kekerasan. Itulah yang terjadi pada Dulikas dan Bapak awal-awalnya. Buku-buku yang kita baca, orang-orang yang kita dengarkan, perkumpulan yang kita ikuti, akan membentuk perangai kita hingga tega melakukan apapun.”

Kisah menakjubkan selanjutnya dari Nung dan teman-temannya adalah ketika mendapatkan tugas matematika tentang pentingnya angka. Nung memilih permasalahan menganai data panen beras yang buruk serta bagaimana dampak untuk kedepannya. Dalam menjelaskan alasannya, Nung berkata “ Angka bisa digunakan untuk menghitung secara tepat berapa hasil panen padi seluruh kampung tahun ini. Angka juga bisa digunakan untuk menghitung secara tepat berapa jumlah kebutuhan penduduk kampung setahun kedepan hingga panen berikutnya. Setelah dua angka ini diperoleh, kemudian dibandingkan, kita bisa mengetahui secara persis seberapa serius kekurangan beras setahun kedepan. Angka-angka ini akan menujukkannya.”. Karena usulan inilah Pak Zen meberikan tugas bagi seluruh murid kelas enam untuk mendata seluruh persediaan beras yang dimiliki warga kampung.
Setelah menghadapi segala kesulitan dalam mendata beras, Nung dan kawan-kawannya berhasil mengumpulkan data itu. Kemudian Pak Zen memutuskan untuk mengolah kelanjutan data ini dan benar, buruknya hasil panen berdampak paceklik. Akhirnya warga kampung melakukan musyawarah untuk menanggulangi paceklik yang akan segera terjadi. Nung yang juga mengikuti rapat kampung, ketika pulang dia masih merasa khawatir dan bapaknya menenangkannya dengan berkata “Selalu ada jalan keluar, Nung, sepanjang kita terus tekun berusaha. Dan lihatlah, malam ini kita berkumpul bersama, memutuskan banyak hal, itu karena ada yang telah tekun berusaha lebih dulu. Itu kau Nung yang memulainya, dengan berkeliling kampung bersama teman-teman terbaik, menghitung jumlah persediaan beras penduduk. Bapak bangga sekali.”

Ada banyak lagi kisah menakjubkan dari Nurmas ini, bacalah bukunya, nikmati alur yang disediakan. Menikmati novel ini membuat kita merasa alam Indonesia ini begitu kaya, dan membuat kita lebih percaya bahwa akhlak baik itu nyata adanya bila lingkungan sekelilingnya menghendaki untuk mendidik anaknya agar berakhlak mulia. Seperti yang dituliskan di bagian sampul buku (yang aku sangat setuju), serial buku ini adalah mahkota dari puluhan karya Tere Liye.


Saturday, January 25, 2020

Bukan Sekedar Kisah Biasa

Cover depan novel
Judul : Orang-Orang Biasa
Penulis : Andrea Hirata
Editor: Dhewiberta Hardjono
Tahun : Cetakan pertama, Februari 2019
Penerbit : Bentang
ISBN : 978-602-291-524-9

Kesan pertama :
Novel ini telah mengisahkan (melalui serangkaian permainan sastra yang indah) mengenai hal-hal biasa dalam keseharian masyarakat, lalu penulis menggiring pembaca menuju suatu rangkaian kejadian yang spesial, luar biasa dan epik. Kisah yang menyadarkan diri bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah pada takdir yang pahit.

Novel Orang-Orang Biasa ini berlatar di kota Belantik, sebuah kota yang naif. Selama ini kota Belantik selalu tentram dan aman tanpa ada kasus pencurian yang berarti. Karena itu, hanya ada dua polisi yang ditugaskan untuk menjaga kota ini, yaitu Inspektur Abdul Rojali dan sersan P. Abri. Kota Belantik dihuni oleh orang-orang biasa yang perekonomiannya lemah, kalaupun ada orang yang kaya itu hanya sedikit, tapi tidak ada orang yang tidak kaya dan tidak miskin. Meskipun ada SMA di kota Belantik ini, akan tetapi masih banyak remaja yang bodoh, putus sekolah dan lebih memilih mewarisi usaha orang tua mereka yang tidak terlalu menghasilkan uang.

Orang-orang biasa yang menjadi  tokoh dalam novel ini adalah sepuluh gerombolan yang waktu SMA mereka ada di jejerann bangku belakang. Mereka adalah Debut, Handai, Dinah, Honorun, Tohirin, Sobri, Rusip, Nihe, Junilah dan Salud. Hanya Honorun dan Rusip yang tamat SMA, sedangkan yang lainnya mengundurkan diri dari SMA. Mereka mengundurkan diri kebanyakan akibat ketidak mampuan memenuhi nilai minimum yang ditetapkan (karena saking bodohnya mereka). Tapi untuk Salud, dia tidak kuat karena terlalu sering memperoleh perundungan dan Debut mengundurkan diri akibat sikap idealismenya yang berlebihan.

Waktu berlalu, kesepuluh kawan ini menjalani hidup mereka masing-masing, ada yang menikah dan memiliki banyak anak, ada yang masih membujang. Tetapi tetap saja mereka semua tetap miskin sekeras apapun mereka bekerja. Berbeda takdirnya dengan gengster yang dulu merundung mereka, yaitu Boron, Bandar, Bastarid, Jamin dan Tarib, mereka bermandikan uang dan dielu-elukan oleh kejayaaan.

Kisah mulai bergulir serius manakala menyangkut Aini, anak sulung Dinah yang harus bekerja keras untuk belajar tentunya dengan keterbatasan yang sangat memprihatinkan. Berlatar kekecewaannya terhadap kematian ayahnya akibat fasilitas kesehatan yang sangat terbatas di kota Belantik, Aini bertekad untuk bisa menjadi dokter. Ketika lulus SMA dan mencoba mendaftar ke fakultas kedokteran, Aini diterima di salah satu Universitas Negeri di Bengkulu, di fakultas kedokteran. Betapa senang sang ibu, tetapi masalah besar muncul akibat tidak adanya uang 80 juta untuk melakukan regristasi. Dinah telah mengusahakan ke segala pihak untuk mendapat keringanan, hasilnya nihil, akhirnya Dinah meminta tolong kepada teman-teman SMAnya dulu, gerombolan bangku belakang.

Debut sebagai ketua gerombolan sangat prihatin dengan apa yang dialami Dinah, akhirnya Debut mengumpulkan seluruh teman-temannya (gerombolan bangku belakang) untuk ikut membantu Dinah. Mereka segera bertemu untuk rapat, dan akhirnya mereka bertekad untuk meminjam uang di bank dengan cara merampok bank itu. Terhitung puluhan kali rapat, akhirnya pada saat pawai Agustusan para perampok melancarkan aksinya. Akan tetapi perampok yang tidak memiliki catatan tindakan kriminal, bodoh dan lugu mengalami kegagalan dalam aksi perampokan bank tersebut. Kemudian ada kejutan epik dari sang ketua gerombolan (Debut), yaitu akhirnya mereka merampok toko Batu Mulia. Mereka sukses merampok toko Batu Mulia, dan mereka sukses kabur dari kejaran keamanan toko.

Akan tetapi, meskipun mereka berhasil mendapatkan banyak uang, Dinah menolak serupiahpun hasil perampokan tersebut, anggota gerombolan yang lainpun begitu. Bagi mereka, berhasil merampok dengan segala keterbatasan dan kedunguan mereka adalah satu hal yang sangat hebat. Tapi untuk mengambil uang haram itu, mereka sama sekali tidak mau, mereka lebih memilih bekerja keras membanting tulang lagi agar mendapatkan uang yang halal. Maka akhirnya singkat cerita Debut menyerahkan uang tersebut kepada kepolisisan (tentu dengan cara yang epik dan tidak terduga). Disisi lain, perampokan bank yang gagal tetap menjadi misteri besar bagi Inspektur Abdul Rojali.


Maaf apabila tulisan ini spoiler, akan tetapi tulisan ini bukan apa-apanya jika kalian langsung membaca novel Orang-Orang Biasa ini. Sebab penggambaran karakter yang sangat kuat, cerdas dan berlapis. Membaca novel ini membuat kita terpingkal-pingkal akibat aksi konyol sang tokoh, kemudian penulis segera membawa ke suasana serius antara hidup dan mati. Kemudian novel ini sekali lagi mengajarkan kita arti kehidupan yang pelik, kehidupan yang harus diperjuangkan betapapun mengenaskan takdir yang kita hadapi.

(Novel ini menemani perjalanan saya dia atas kereta api dari Malang ke Surabaya dan dari Surabaya ke Semarang lalu ketika pulang dari Semarang ke Surabaya. Maka benar adanya bahwa teman terasyik dalam perjalanan salah satunya adalah dengan membaca buku.)


Beberapa kutipan dalam Novel ini :

Barang siapa yang berani meawan kesepian, akan menang bertempur melawan kesedihan.

“Kita belum merdeka dalam pendidikan! Kita sekolah sekolah masih macam orang terjajah!” kata Debut

“Kami akan lebih merasa bersalah jika anakmu yang cerdas itu tidak kuliah, Dinah!” kata Junilah

“Tangkap! Tangkaplah orang misikin yang berjuang agar anaknya bisa sekolah! Kita ini bukan merampok, Dinah! Kita ini melawan ketidak adilan! Tengoklah banyaknya orang kaya! Tengoklah langkahnya anak-anak orang miskin yang jadi dokter! Mendaftar ke fakultas itu saja mereka tak berani! Padahal, kecerdasan mereka siap diadu! Ilmu hendaknya hanya tunduk pada kecerdasan, bukan pada kekayaan! Para pemimpin, birokrat, polisi, sibuk dengan periuk belaga mereka sendiri! Tanpa merampok bank itu, sampai kiamat kau takkan bisa menyekolahkan anakmu di Fakultas Kedokteran!” Tak pernah mereka melihat Debut Awaludin semuntab itu.

“PAM MARAH, KITA TAK MANDI! PLN MARAH, LAMPU GELAP! INILAH SAAT YANG DINANTI-NANTI! PERAMPOK DATANG, SEMUA TIARAAAP!!!” teriak Sobri

Dulu Rusip pernah bilang bahwa 99% perampokan itu akan berhasil, dia lupa, ada pekerjaan yang tak boleh menyisakan ruang sedikitpun, meski hanya 1%, untuk eror.

“Ragu lebih berbahaya dari bodoh,” kata Handai

“Maaf, Kawan, uang korupsi, uang haram, sesen pun aku tak mau menyekolahkan anakku dengan uang ini.” kata Dinah

Tentang Kesetiaan Tanpa Akhir


Judul               : #Teman Tapi Menikah 2
Penulis            : Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion
Editor              : Afrianty P. Pardede
Tahun              : Cetakan 1, 2016
Penerbit           : Elex Media Komputindo
ISBN               : 978-602-04-4541-0

Kesan Pertama :
Dari kisah dalam buku ini, aku sadar pentingnya memiliki rasa takut kehilangan pasangan kita. Maka ketika kita takut kehilangan dia, kita akan berbuat yang terbaik agar kita tetap pantas mendampinginya hingga akhir.

Buku ini bisa dibilang otobiografi yang mengisahkan pasangan dengan latar belakang teman (sahabat) selama 13 tahun kemudian mereka menikah, hingga dikaruniai anak pertama. Mereka mengisahkan mengenai kisah mereka fase awal menikah hingga disaat menjadi pasangan muda yang dikaruniai anak pertama. Pasangan ini memang bersahabat sangat lama, kenal satu sama lain dan kenal dengan keluarga masing-masing. Tetapi, merka mengalami fase suit di awal pernikahan (yang juga dialami banyak), yaitu menikah bukan hanya tentang dua orang, akan tetapi menikah juga menyangkut dua keluarga. Pada akhirnya, dengan segala musyawarah dan menjalin komunikasi bersama kedua pihak segala interverensi dari luar bisa diselesaikan dengan damai.

Kemudian, beberapa bulan setelah pernikahan dikisahkan bahwa kehadiran anak pertama yang sebenarnya di luar rencana ini membuat kedewasaan mereka sangat diuji. Di masa awal kehamilan, kepribadian Ayu (sang istri) berubah drastis akibat hormon bawaan ketika hamil. Ayupun tidak bisa berjauhan dari Ditto (sang suami), kemanapun suaminya pergi untuk bekerja Ayu ikut. Sejak hamil, Ayu menjadi sangat tempramen, emosinya tidak stabil dan badannya cepat lemas. Hal ini membuat Ditto merasa kehilangan sosok Ayu yang dulu, hal ini menjadikan Ditto harus bekerja keras untuk tetap bertahan dan menjaga kondisi Ayu agar tetap kuat. Di sisi lain, Ayu yang memang merasa dirinya berubah drastis, ingin dimengerti oleh Ditto, dia mau suaminya selalu siaga dan setia disampingnya.

Hal spesial yang juga patut dicontoh dari kisah sepasang suami istri ini adalah cara mereka menjaga komunikasi. Mereka berkomiten untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan saling berbicara baik-baik, sehingga tidak ada unek-unek yang dipendam satu sama lain. Saling menyemangati bahkan ketika dalam fase sama-sama sedang merasa terpuruk. Mereka tetap bertahan, tetap setia, tidak meninggalkan satu sama lain. Hingga pada akhirnya mereka sadar, bahwa menjalani rumah tangga itu bukan berarti terus bahagia, pasti ada masalah, ada rasa bosan. Diatas segala rasa itu, satu hal yang mereka pegang teguh, mereka akan tetap bertahan satu sama lain, saling mengalah dahulu, karena mereka memiliki rasa takut kehilangan.

Ini adalah beberapa cuplikan dari buku ini :

“Jangan pernah menyepelekan arti cinta yang sesungguhnya. Karena saat cinta itu datang, mungkin dia yang terbaik untukmu.”

“Masalah bisa dihadapi jika setiap pasangan bisa menjalin komunikasi yang baik. Saling mendengarkan dan terus mencoba saling memahami dan saling menerima.”

“Kami percaya kalau cinta itu ada dan nyata, dan kami beruntung alam semesta mendukung kami untuk mencinta. Berikan cinta itu untuk alam semesta, dan kalian pasti akan didukung alam semesta untuk mendapatkan cinta yang kalian cari.”

“Lebih pekalah terhadap orang yang lo cintai. Hargai setiap waktu untuk terus bersamanya dan berikan kasih sayang selalu seakan tidak akan datang hari esok.”

“Ternyata mempunyai anak mengajarkan kita banyak hal, berbuat positif untuk diri kita sendiri. Aku+dia=cinta. Bersama dia, gue semakin mengerti arti cinta.”

“Saat dia marah, gue hanya akan selalu mengingat, betapa gue sangat mencintainya dan sangat takut kehilangannya. Tak perlu marah berlarut-larut. Kita akan selalu memaafkan seakan-akan ini adalah hari terakhir kita bersama.”

Buku ini telah diangkat kedalam film layar lebar dengan judul yang sama yaitu #Teman Tapi Menikah 2, film nya sendiri akan tayang di bioskop pada tanggal 27 Februari 2020.

Sumber cover buku : https://www.goodreads.com/book/show/36163188-temantapimenikah-2 

Hari Raya Idul Adha 1446H

 Ibadah haji adalah bentuk kasih sayang dari Allah SWT Mutiara hikmah : Bukti ketaatan seorang hamba kepada Sang Khalik untuk mendatangi-Nya...