(Prekuel Novel Orang-Orang Biasa)
Karya : Andrea Hirata
Novel ini kembali mengingatkan aku bahwa
menjadi seseorang yang idealis itu tidak masalah. Akan menjadi masalah bila
kita menjadi seorang idealis yang pemalas dan patah semangat. Dari Guru Desi
aku merasa mendapatkan bisikan bahwa untuk menjadi guru butuh pengorbanan dan
pengabdian seutuhnya. Dari Aini aku bisa belajar arti dari ketekunan dan
pantang menyerah begitu saja. Kemudian dari keseluruhan cerita yang dibawakan
oleh Andrea Hirata aku bisa memahami bahwa kehidupan ini amatlah berwarna.
Alur novel ini adalah alur maju, perlahan
namun pasti membuat kita kembali menelusuri bagian terpencil dari sebuah pulau
di daerah Sumatra. Di awal bagian penulis menyuguhkan cerita mengenai Guru Desi
yang sangat mencintai Matematika dan sangat idealis. Guru Desi sejak masih di
bangku sekolah telah terobsesi dengan Matematika dan sejak itu dia mengukirkan
cita-citanya sebagai guru Matematika. Kemudian mimpinya terwujud, di usia 18
tahun dia merantau untuk menjadi seorang guru di tempat yang sangat terpencil.
Kemudian Guru Desi berjanji akan menemukan
murid yang jenius Matematika di desa terpencil tersebut. Tahun demi tahun Guru
Desi menanti, kemudian muncul lah Debut Awaludin. Seorang murid yang sangat
jenius dan imajinatif tetapi sangat naif. Debut sungguh membuat Guru Desi
terpesona sekaligus kecewa bukan kepalang. Semangat Guru Desi perlahan redup
tapi janji yang telah dia ikrarkan tidak boleh dan tidak bisa dia langgar. Guru
Desi tetap gigih mengajar Matematika, tapi perlahan Guru Desi menjadi sosok
guru yang dingin, jahat dan ditakuti.
Tahun kembali berganti, Guru Desi telah
menjadi wanita dewasa seutuhnya, namun karena janjinya belum bisa dia tepati
dia seakan berjalan ditempat, mengulangi rutinitas yang sama. Memarahi murid-murid
dan merasa frustasi setiap selesai menilai hasil ujian. Kemudian penulis
menyuguhkan karakter yang telah ditunggu-tunggu, Nuraini binti Syafrudin.
Seorang gadis polos, lugu dan sangat takut terhadap Matematika, dikisahkan
bahwa Aini mengalami sakit perut hebat saat jam pelajaran Matematika. Perihal
ayahnya yang jatuh sakit dan keluarganya tidak mampu membiayai pengobatan
ayahnya, Aini bertekad kuat untuk menjadi dokter.
Iya, kisah kemudian berlanjut dengan perjuangan
Aini untuk mewujudkan cita-citanya itu. Aini dengan sangat berani memilih untuk
datang kepada Guru Desi, dia meminta agar dia bisa belajar di kelas Guru Desi
apapun konsekuensinya. Guru Desi awalnya sangat sanksi dengan niat dari Aini,
Guru Desi berhipotesa bahwa niatan Aini untuk belajar Matematika hanya efek
sesaat karena sakit yang diderita ayahnya. Akan tetapi hipotesa Guru Desi mulai
terpatahkan saat Aini mampu bertahan selama dua pekan setelah pindah ke kelas
Guru Desi.
Dalam novel ini penulis menyuguhkan sudut
pandang dari Guru Desi dan Aini, sehingga kita sebagai pembaca bisa memahami
dengan baik bagaimana rasa frustasi yang dialami oleh murid dan guru tersebut.
Guru Desi yang selama lima pekan marah-marah hingga muntab karena Aini tak
kunjung memahami konsep Matematika dasar. Dan Aini yang selama lima pekan
semakin frustasi dan ketakutan bila dia sewaktu-waktu dikeluarkan dari kelas
Guru Desi. Penulis kemudian kembali mengingatkan kita bahwa hal apapun yang
kita inginkan akan terwujudkan jika kita mampu bertahan dalam ritme juang. Guru
Desi terus memikirkan cara bagaimana dia bisa mengajari Aini dan Aini terus
memperbaharui niat dan tekat untuk bertahan dan terus belajar dari Guru Desi.
Pada akhirnya, Guru Desi menemukan cara untuk
mengajarkan Matematika kepada Aini, yaitu dengan metode pendekatan Kalkulus.
Tak dapat dinanya, ternyata benar, kemampuan berfikir Aini dapat dipancing dari
pendekatan Kalkulus. Kemudian Aini sangat amat bahagia karena pada akhirnya ada
ilmu yang bisa dia pahami. Aini semakin bersemangat untuk belajar, dia tuliskan
rumus-rumus Matematika di dinding kamarnya, dia pelajari rumus itu, dia
renungkan rumus itu dan dia kerjakan soal yang diberikan Guru Desi. Di sisi
lain, akhirnya Guru Desi merasa motivasi mengajarnya kembali hadir. Setelah membuat
seoarang Aini yang awalnya buta dengan Matematika hingga membuat Aini memahami
Matematika membuat Guru Aini kembali menjadi versi terbaik dari dirinya.
Beberapa kutipan yang aku sukai dari Novel ini
:
· “Pendidikan memerlukan pengorbanan, Bu.
Pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah.”
·
“Math is like respect, you have to give it,
to get it!”
·
“Waktu menantang pertempurang yang takkan
pernah kita menangkan.”
·
“Aku anak ayahku, Bu, ayahku adalah tanggung
jawabku.”
· “Kurasa guru yang baik adalah guru yang dapat
memacu kecerdasan muridnya. Guru yang lebih baik adalah guru yang dapat
menemukan kecerdasan muridnya. Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah
mencari cara agar muridnya mengerti!”
· “Dalam perjalanan yang panjang menuju
keikhlasan,kita akan menemukan harapan.Dalam perjalanan yang berliku-liku
menuju pengorbanan, kita aka menemukan keberanian. Namun kejujuran pada diri
sendiri, akhirnya kita akan pulang.”
· “Aku tak pandai menulis puisi seindah Guru
Desi. Namun pada dunia ingin kukatakan bahwa namaku Aini, dan Guru Desi adalah
guruku, Guru Desi adalah guru Aini. Itulah puisi paling indah di dunia ini
bagiku.”
· “Dalam kesepian yang getir dan menyesakkan,
tersemat sesuatu yang paling didambakan manusia ... kemerdekaan.”
No comments:
Post a Comment