***
Novel Gadis Kretek oleh Ratih Kumala
Novel ini menggunakan alur maju-mundur, dan menggunakan cara bercerita yang berbeda-beda di setiap bagiannya. Ada bagian yang diceritakan dari sudut pandang tokoh Lebas sebagai “aku” dan banyak bagian lainnya dituliskan dalam sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita.
Novel ini menceritakan tiga generasi sekaligus. Mulai dari zaman peralihan penjajahan Belanda dan Jepang hingga kemudian Indonesia merdeka. Kemudian zaman ketika PKI sedang santer sampai sejarah kelam ex-PKI. Diakhirkan pada zaman modern, dimana semua hal (seakan) menjadi lebih mudah dan lancar.
Kisah dibuka dengan gegernya keluarga akibat sang Romo (yang mengalami sakit tak berkesudahan) menyebut-nyebut nama Jeng Yah, seakan permintaan terakhir Romo adalah Jeng Yah. Dikatakan geger karena sang Ibu kemudian sangat marah dan dendam ketika nama Jeng Yah disebut-sebut. Membuat tiga bersaudara (Tegar, Karim dan Lebas) mau tidak mau harus mencari kabar dari Jeng Yah.
Dalam perjalanan tiga bersaudara menelusuri jejak Jeng Yah, penulis mengajak membaca mengarungi sejarah yang berkelindan dari rokok Djagat Raja. Dimulai dengan kisah cinta dan persaingan tokoh Idroes Moeria dan Soedjagat dalam memperebutkan Roemaisa, anak si Juru Tulis. Dari kisah ini yang patut digarisbawahi adalah tekad kuat dari Roemasia yang bertahan dengan sangat baik saat sang suami Idroes Moeria diculik oleh tentara Jepang. Kemudian tekad kuat yang dipegang teguh oleh Idroes Moeria dalam memperjuangkan apa yang dia yakini (lebih keren disebut visi dan misi).
Kemudian penulis juga mencoba menonjolkan budaya yang mungkin dianggap masih tabu yaitu perokok wanita. Dimana dalam novel ini dua tokoh perempuan tangguh yaitu Roemasia dan anak sulungnya Dasiyah tidak jauh-jauh dari barang yang bernama rokok. Penulis mencoba mengangkat sisi lain dari perempuan lewat dua tokoh tersebut. Bahwa perempuan itu bukan hanya simah (isi rumah) yang menjadi pelengkap dalam kedigdayaan suami sebagai laki-laki. Perempuan adalah tonggak, yang bisa berdiri dengan teguh, yang juga memiliki keyakinan, cita-cita dan juga berhak menentukan keputusan sendiri. Penulis dengan apik memoles kepribadian kedua tokoh tersebut dengan baik tanpa kehilangan sisi feminim tokoh tersebut.
Kehidupan yang bergulir, silih berganti ditunjukkan dengan apik oleh penulis. Dimana penulis mampu meramu berbagai pahit manis kehidupan dari kisah-kisah yang dialami oleh tokoh. Dengan banyaknya sudut pandang dalam memaknai suatu peristiwa penulis sebenarnya sedang menunjukkan, bagaimana sesuatu dikenang oleh pihak yang kalah dan oleh pihak yang menang. Namun sekali lagi, dalam novel ini kemanangan dan kekalahan dikaburkan oleh takdir yang bisa dibilang realistis.
Sebuah peringatan : penulis dengan sangat cerdik menjadikan pembaca seakan candu dengan kisah ini, dan pada akhirnya ceirta ditutup dengan plot twist yang sangat-sangat realistis.
Selamat membaca sembari menikmati sensasi rokok yang candu dalam kisah Gadis Kretek oleh Ratih Kumala.
***
No comments:
Post a Comment