Judul : #Teman Tapi Menikah 2
Penulis : Ayudia Bing Slamet dan Ditto
Percussion
Editor : Afrianty P. Pardede
Tahun : Cetakan 1, 2016
Penerbit :
Elex Media Komputindo
ISBN :
978-602-04-4541-0
Kesan Pertama :
Dari kisah dalam buku ini, aku sadar
pentingnya memiliki rasa takut kehilangan pasangan kita. Maka ketika kita takut
kehilangan dia, kita akan berbuat yang terbaik agar kita tetap pantas
mendampinginya hingga akhir.
Buku ini bisa dibilang otobiografi yang
mengisahkan pasangan dengan latar belakang teman (sahabat) selama 13 tahun kemudian
mereka menikah, hingga dikaruniai anak pertama. Mereka mengisahkan mengenai kisah
mereka fase awal menikah hingga disaat menjadi pasangan muda yang dikaruniai
anak pertama. Pasangan ini memang bersahabat sangat lama, kenal satu sama lain
dan kenal dengan keluarga masing-masing. Tetapi, merka mengalami fase suit di awal
pernikahan (yang juga dialami banyak), yaitu menikah bukan hanya tentang dua
orang, akan tetapi menikah juga menyangkut dua keluarga. Pada akhirnya, dengan
segala musyawarah dan menjalin komunikasi bersama kedua pihak segala
interverensi dari luar bisa diselesaikan dengan damai.
Kemudian, beberapa bulan setelah pernikahan dikisahkan
bahwa kehadiran anak pertama yang sebenarnya di luar rencana ini membuat kedewasaan
mereka sangat diuji. Di masa awal kehamilan, kepribadian Ayu (sang istri)
berubah drastis akibat hormon bawaan ketika hamil. Ayupun tidak bisa berjauhan
dari Ditto (sang suami), kemanapun suaminya pergi untuk bekerja Ayu ikut. Sejak
hamil, Ayu menjadi sangat tempramen, emosinya tidak stabil dan badannya cepat
lemas. Hal ini membuat Ditto merasa kehilangan sosok Ayu yang dulu, hal ini
menjadikan Ditto harus bekerja keras untuk tetap bertahan dan menjaga kondisi
Ayu agar tetap kuat. Di sisi lain, Ayu yang memang merasa dirinya berubah
drastis, ingin dimengerti oleh Ditto, dia mau suaminya selalu siaga dan setia
disampingnya.
Hal spesial yang juga patut dicontoh dari
kisah sepasang suami istri ini adalah cara mereka menjaga komunikasi. Mereka berkomiten
untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan saling berbicara baik-baik,
sehingga tidak ada unek-unek yang dipendam satu sama lain. Saling menyemangati
bahkan ketika dalam fase sama-sama sedang merasa terpuruk. Mereka tetap
bertahan, tetap setia, tidak meninggalkan satu sama lain. Hingga pada akhirnya
mereka sadar, bahwa menjalani rumah tangga itu bukan berarti terus bahagia,
pasti ada masalah, ada rasa bosan. Diatas segala rasa itu, satu hal yang mereka
pegang teguh, mereka akan tetap bertahan satu sama lain, saling mengalah dahulu,
karena mereka memiliki rasa takut kehilangan.
Ini adalah beberapa cuplikan dari buku ini :
“Jangan pernah menyepelekan arti cinta yang
sesungguhnya. Karena saat cinta itu datang, mungkin dia yang terbaik untukmu.”
“Masalah bisa dihadapi jika setiap pasangan
bisa menjalin komunikasi yang baik. Saling mendengarkan dan terus mencoba
saling memahami dan saling menerima.”
“Kami percaya kalau cinta itu ada dan nyata,
dan kami beruntung alam semesta mendukung kami untuk mencinta. Berikan cinta
itu untuk alam semesta, dan kalian pasti akan didukung alam semesta untuk
mendapatkan cinta yang kalian cari.”
“Lebih pekalah terhadap orang yang lo cintai.
Hargai setiap waktu untuk terus bersamanya dan berikan kasih sayang selalu
seakan tidak akan datang hari esok.”
“Ternyata mempunyai anak mengajarkan kita
banyak hal, berbuat positif untuk diri kita sendiri. Aku+dia=cinta. Bersama dia,
gue semakin mengerti arti cinta.”
“Saat dia marah, gue hanya akan selalu mengingat,
betapa gue sangat mencintainya dan sangat takut kehilangannya. Tak perlu marah
berlarut-larut. Kita akan selalu memaafkan seakan-akan ini adalah hari terakhir
kita bersama.”
Buku ini telah diangkat kedalam film layar
lebar dengan judul yang sama yaitu #Teman Tapi Menikah 2, film nya sendiri akan
tayang di bioskop pada tanggal 27 Februari 2020.
No comments:
Post a Comment