Friday, January 27, 2023

Essay Pertemuan Pekan Ke Dua Penilaian Autentik dalam Pendidikan Fisika

 

Topik bahasan : Assessment for Learning (AfL)

Asesmen formatif, adalah asesmen pembelajaran yang didalamnya termasuk tes diagnostik berisi rangkaian prosedur asesmen formal dan informal yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran untuk memodifikasi kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan pencapaian siswa.

Rangkuman dalam bentuk video :


Nama : Fithrotul Azizah 
NIM : 220321810697



Pertemuan 1 : Assessment for Learning


Judul Jurnal : The role of the argumentation-based laboratory on the development of pre-service chemistry teachers’ argumentation skills

DOI

Tujuan dan Novelty Jurnal :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengembangan keterampilan argumentasi guru kimia pra-jabatan (PCT) dalam perkuliahan berbasis laboratorium selama satu semester. Keterampilan argumentasi adalah kemampuan utama dari para ilmuwan dalam membentuk pengetahuan ilmiah. Selain itu, keterampilan argumentasi diperlukan untuk menafsirkan masalah sosio-ilmiah. Oleh karena itu, kelas sains harus melibatkan berbagai kegiatan di mana siswa memiliki kesempatan untuk berlatih argumentasi. Dari perspektif ini, kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat mendukung keterampilan argumentasi siswa.

Pentingnya argumentasi dalam pendidikan sains tidak terbantahkan. Namun, banyak penelitian telah melaporkan kesulitan siswa dalam membangun argumen. Salah satu penyebabnya adalah keterampilan guru yang kurang memadahi untuk memunculkan keterampilan srgumentasi dan kurangnya praktik langsung. Literatur terkait menunjukkan bahwa program pendidikan guru tidak memadai dalam mengembangkan keterampilan argumentasi guru prajabatan. Oleh karena itu, masih diperlukan kajian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan argumentasi calon guru.

Metode :

Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus dalam desain penelitian kualitatif.

Konsep argumentasi tercakup dalam mata kuliah Metode Pengajaran IPA II sehingga saat penelitian ini dimulai, mahasiswa memiliki gambaran tentang bagaimana menerapkan argumentasi dalam konten kimia.

Sebanyak enam PCT (dua laki-laki dan empat perempuan) terdaftar dalam kursus, dan semuanya berpartisipasi dalam penelitian ini. PCT bekerja berpasangan, pasangan dibentuk secara acak, dan pasangan yang sama belajar bersama sepanjang semester.

Laporan laboratorium Science writing heuristic (SWH) dan wawancara semi-terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data. Kedua metode pengumpulan data ini memberikan triangulasi penelitian.

Dalam format SWH, siswa mendiskusikan pertanyaan awal, membentuk kelompok, melakukan percobaan laboratorium, menganalisis dan mendiskusikan hasilnya dengan kelompok lain.

Pra dan pasca wawancara (pertanyaan pada tabel 1) dengan PCT dari masing-masing pasangan dilakukan untuk melihat perkembangan keterampilan argumentasi.


Prosedur :

Sesi laboratorium didasarkan pada model argumentasi Toulmin di mana PCT menulis laporan laboratorium mereka dalam format SWH.

Di awal setiap sesi laboratorium, PCT dipresentasikan dua atau tiga kasus kehidupan sehari-hari atau pertanyaan terkait konsep hari itu tetapi mencakup topik yang berbeda. PCT mendiskusikan kasus/pertanyaan berpasangan, dan mereka menulis ide pertama mereka ke bagian 'Gagasan awal' dari laporan SWH untuk setiap kasus termasuk penjelasan kimia yang terperinci.

Kemudian, dua atau tiga prosedur percobaan diberikan kepada PCT untuk menguji ide awal mereka tanpa mengetahui prosedur mana yang termasuk dalam kasus yang mana.

Di bagian 'Pengamatan', data dan hasil ditulis. Mempertimbangkan hasil percobaan, PCT menyusun ide kedua mereka terkait dengan ide pertama dan mencatatnya ke bagian 'Klaim'.

Akhirnya, semua PCT berbagi klaim dan penjelasan mereka dan mencoba mencapai konsensus. Kemudian, ada diskusi seluruh kelas antara semua PCT.

Analisis Data :

Analisis wawancara. Wawancara semi terstruktur dianalisis sesuai dengan tema dan kode yang diperoleh dengan mengintegrasikan konsep kimia ke dalam Model Argumentasi Toulmin untuk menunjukkan perkembangan keterampilan argumentasi PCT dari awal hingga akhir penelitian. Tabel 3 menampilkan bagaimana penulis mengkodekan argumentasi PCT dalam wawancara.


Hasil :

Skor rata-rata SWH untuk setiap laporan PCT lebih dari 8 dalam tiga topik ditunjukkan pada Tabel 4.


Salah satu faktor utama yang mungkin berperan dalam pengembangan tingkat argumentasi mungkin terkait dengan bagaimana PCT menangani masalah: PCT memeriksa masalah secara mendalam, mendiskusikan dan mengevaluasi kemungkinan jawaban bersama, mempertimbangkan bukti, dan akhirnya mencapai konsensus.

Dalam penelitian ini, melalui laboratorium berbasis argumentasi, PCT memiliki kesempatan untuk menilai pemahaman mereka sendiri dengan menginterpretasikan grafik dan gambar yang membantu mereka memvisualisasikan dan membuat konsep menjadi konkrit; dengan demikian, mereka dapat meningkatkan pemahaman konseptual mereka pada tingkat sub-mikroskopis dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini sangat berharga karena berkaitan dengan pemahaman PCT pada tingkat sub-mikroskopis dengan keterampilan argumentasi laboratorium.

Nama : Fithrotul Azizah

NIM : 220321810697

Wednesday, January 25, 2023

Assessment of Learning


Judul Jurnal : An extension of the Thermodynamics Conceptual Reasoning Inventory (TCRI): measuring undergraduate students’ understanding of introductory thermodynamics concepts

DOI

Tujuan dan Novelty Jurnal :

Tujuan utama dari pendidikan sarjana adalah mahasiswa mampu memahami suatu konsep mendasar dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalah baru. Mahasiswa diharuskan memiliki pemahaman mendalam yang mendukung penalaran konseptual. Maka diperlukan instrumen yang dapat menilai kemampuan penalaran tersebut. Akan tetapi, kumpulan alat penilaian yang tersedia bagi instruktur atau peneliti untuk tujuan ini terbatas.

Dikembangkannya rancangan Thermodynamics Conceptual Reasoning Inventory (TCRI) untuk mengukur pemahaman mahasiswa (sarjana) tentang konsep dan hokum termodinamika. Kebaharuan dari jurnal ini adalah perluasan terkait 36 soal TCRI dengan reliabilitas dan validitas yang lebih luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti tambahan terkait validitas dan reliabilitas penggunaan dan interpretasi skor TCRI dengan sampel peserta yang lebih luas dan lebih dapat digeneralisasikan. Tujuan kedua dari studi ini adalah untuk mengukur apakah diperlukan revisi tambahan terhadap TCRI.

Metode Penelitian :

Terdapat 278 mahasiswa sebagai partisipan penelitian yang berasal dari 10 kelas yang menyajikan mata kuliah Termodinamika dari tiga Universitas di Amerika Serikat selama musim gugur dan musim semi. Persetujuan subyek manusia diperoleh sebelum melakukan penelitian, dan semua peserta setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. Standar etika APA diikuti selama penelitian berlangsung. TCRI berisi 36 item pilihan ganda dengan 34 item berpasangan dan dua item mandiri. Keseluruhan 17 pasangan item tersebut termasuk item penalaran konseptual dan item pembenaran.

Peneliti melakukan konsultasi individu untuk menentukan waktu pengimplementasian TCRI. Hal tersebut dimaksudkan agar : (a) semua konten yang dinilai dalam TCRI cukup diajarkan untuk semua partisipan, dan (b) semua partisipan dapat melaporkan sendiri nilai ujiannya.

Partisipan melaporkan secara mandiri skor yang didapat pada ujian pertama kuliah termodinamika. Partisipan  melaporkan secara mandiri IPK mereka dan nilai tersebut digunakan sebagai indikator dari kinerja akademik.

Pengolahan Data :

·         Normalitas dan distribusi skor TCRI dianalisis dengan uji skewness dan kurtosis z dan uji normalitas Shapiro-Wilk.

·         Reliabilitas skor TCRI dianalisis dengan menghitung alfa Cronbach sebagai ukuran konsistensi internal.

·         Hubungan antara skor TCRI dan indikator kinerja akademik lainnya, dinilai dengan menghitung korelasi antara skor TCRI dan nilai ujian kursus dan IPK.

·         Uji ANOVA satu arah digunakan untuk menganalisis perbedaan skor TCRI antara jurusan ME dan non-ME.

Hasil uji statistik :


Pembahasan dan intepretasi data hasil :

Di berbagai metrik, distribusi skor menunjukkan bahwa skor TCRI memiliki sensitifitas terhadap perbedaan di antara siswa dan memiliki potensi untuk berkembang dalam menguasai materi dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan pemahaman siswa tentang hukum pertama termodinamika. Selain itu, skor TCRI secara statistik berkorelasi signifikan dengan nilai ujian dan IPK. Hasil ini sangat menjanjikan mengingat variasi substansial yang terjadi secara alami antara universitas dan instruktur yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan dan interpretasi skor TCRI dapat meluas pada topic termodinamika yang relevan. Akan tetapi dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menggeneralisasikan skor TCRI untuk populasi partisipan yang lebih luas.

 


Berdo'a kepada Allah Melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Oleh : KH Syaifuddin Zuhri Tempat : Masjid Al-Azhar Turen Usaha kita yang pendosa ini adalah berusaha dan berdo'a, meminta wasilah kubr...