Judul : Janji
Penulis : Tere Liye
Tahun : April, 2021
(Buku berjudul Janji ini ditulis oleh Tere Liye, sekarang masih tersedia di google play book saja.)
Novel ini disajikan dengan sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita. Novel ini sejatinya berkisah tentang perjalanan hidup seorang pria bernama Bahar Safar. Akan tetapi penyampaian perjalanan hidup Bahar dimediasi oleh tiga orang santri yang ditugaskan oleh sang Buya (julukan Kyai di daerah Sumatra) untuk mencari keberadaan Bahar Safar.
Cerita diawali oleh kenakalan tiga orang santri yang bernama Hasan, Kahar dan Baso. Ketiga santri tersebut dengan sengaja menambah garam kedalam teko minuman untuk rombongan presiden yang menggelar kampanye di pondok. Kemudian Buya mengetahui bahwa dalang dibalik minuman asin ini adalah tiga sekawan tersebut. Karena Buya adalah seorang guru yang berpegang teguh bahwa dia tidak akan mengeluarkan santri dengan alasan apapun, maka Buya memberikan sebuah hukuman spesial bagi tiga sekawan pembuat onar tersebut.
Hasan, Kahar dan Baso diberikan hukuman spesial oleh Buya yaitu mencari keberadaan Bahar. Bahar adalah alumni pesantren empat puluh tahun lalu, yang dikeluarkan dari pesantren oleh Buya yang sebelumnya karena dia memicu kebakaran di area pesantren hingga membuat seorang santri meninggal dunia. Bahar adalah anak yang sangat nakal, hobinya adalah mabuk-mabukan, berjudi dan berkelahi. Akan tetapi setelah mengeluarkan Bahar, Buya justru bermimpi sangat aneh sekaligus spesial. Sang Buya bermimpi bahwa Bahar memiliki suatu yang sangat spesial dan mulia. Kemudian setelah Bahar pergi sang Buya berusaha mencari Bahar sepanjang hayatnya, hingga dia berpesan kepada anaknya (Buya yang sekarang) agar terus mencari Buya. Buya telah berusaha mencari Bahar kemanapun, begitu pula anaknya, tapi tidak pernah membuahkan hasil.
Buya memberikan tugas kepada tiga sekawan untuk mencari Bahar karena mereka sama-sama nakal, berjiwa pemberontak dan ingin segera bebas dari penjara suci (pesantren). Nah, tiga sekawan itu diberikan hukuman ini sangat girang, karena jika mereka mampu menemukan Bahar, maka mereka mendapat tiket jaminan lulus dari Buya. Dibekali uang dan beberapa catatan oleh Buya, ketiga sekawan tersebut memulai misi mencari Bahar. Kemudian cerita dilanjutkan dengan simpul-simpul pencarian Bahar melalui orang-orang yang pernah berjumpa dan menjadi kolega Bahar.
Disini penulis mengisahkan perjalanan hidup seorang Bahar yang mana dia berasal dari keluarga miskin, yatim-piatu, pemabuk dan nakal. Bahar digambarkan oleh penulis sebagai seorang pemuda yang sangat muak dengan kehidupan, dia ingin melampiaskan segala beban dengan mabuk dan berjudi. Tapi dalam diri Bahar ada titik dimana hati nuraninya dididik oleh pendidikan serta ilmu agama dari pesantren. Hati nurani tersebut bisa membuat Bahar berteguh pada janji yang telah dia ucapkan pada sang Buya sebelum dia melangkah keluar dari pesantren.
Penulis menggambarkan perubahan Bahar dari seorang prmabuk menjadi seorang yang dipenuhi kebaikan dan keagungan akhlak karena janji yang telah dibuat tersebut. Bahar dikisahkan rela melakukan apapun, rela mengorbankan banyak hal dan rela berpindah-pindah keadaan demi memegang janji serta menebus kesalahan di masa lalunya. Sebenarnya Bahar tidak ingin menjalankan janji tersebut, tapi pada saat dia ingin melupakan janji tersebut hati nurani nya memaksa Bahar untuk menepati janjinya itu.
Dari kisah Bahar kita dapat mengambil banyak pembelajaran berharga. Tentang bagaimana seharusnya kita bersikap pada tetangga kita, belajar dari Bahar sejauh mana dia berkorban demi tetangganya. Tentangga yang bahkan memandang Bahar sebelah mata, tapi Bahar tetap ringan tangan membantu. Kemudian Bahar selalu menjadi pembela bagi mereka yang tertindas tanpa memperdulikan bagaimana masa lalu orang yang dia bantu. Tambahkan lagi, Bahar selalu berkata jujur kepada siapapun.
Kisah Bahar dan segala cobaan besar yang menimpanya membuat tiga sekawan tadi (termasuk kita para pembaca) tertampar akan realita dan belajar bagaimana melihat dunia ini dengan lebih bijak. Dikutip dari kesimpulan yang dikatakan oleh Kahar, yaitu :
"Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan disana. Dan orang-orang yang memang sabar dan bersyukur, dia akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan."