Monday, May 10, 2021

Keteguhan Janji Seorang Pemabuk


Judul : Janji

Penulis : Tere Liye

Tahun : April, 2021


(Buku berjudul Janji ini ditulis oleh Tere Liye, sekarang masih tersedia di google play book saja.) 


Novel ini disajikan dengan sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita. Novel ini sejatinya berkisah tentang perjalanan hidup seorang pria bernama Bahar Safar. Akan tetapi penyampaian perjalanan hidup Bahar dimediasi oleh tiga orang santri yang ditugaskan oleh sang Buya (julukan Kyai di daerah Sumatra) untuk mencari keberadaan Bahar Safar. 


Cerita diawali oleh kenakalan tiga orang santri yang bernama Hasan, Kahar dan Baso. Ketiga santri tersebut dengan sengaja menambah garam kedalam teko minuman untuk rombongan presiden yang menggelar kampanye di pondok. Kemudian Buya mengetahui bahwa dalang dibalik minuman asin ini adalah tiga sekawan tersebut. Karena Buya adalah seorang guru yang berpegang teguh bahwa dia tidak akan mengeluarkan santri dengan alasan apapun, maka Buya memberikan sebuah hukuman spesial bagi tiga sekawan pembuat onar tersebut. 


Hasan, Kahar dan Baso diberikan hukuman spesial oleh Buya yaitu mencari keberadaan Bahar. Bahar adalah alumni pesantren empat puluh tahun lalu, yang dikeluarkan dari pesantren oleh Buya yang sebelumnya karena dia memicu kebakaran di area pesantren hingga membuat seorang santri meninggal dunia. Bahar adalah anak yang sangat nakal, hobinya adalah mabuk-mabukan, berjudi dan berkelahi. Akan tetapi setelah mengeluarkan Bahar, Buya justru bermimpi sangat aneh sekaligus spesial. Sang Buya bermimpi bahwa Bahar memiliki suatu yang sangat spesial dan mulia. Kemudian setelah Bahar pergi sang Buya berusaha mencari Bahar sepanjang hayatnya, hingga dia berpesan kepada anaknya (Buya yang sekarang) agar terus mencari Buya. Buya telah berusaha mencari Bahar kemanapun, begitu pula anaknya, tapi tidak pernah membuahkan hasil. 


Buya memberikan tugas kepada tiga sekawan untuk mencari Bahar karena mereka sama-sama nakal, berjiwa pemberontak dan ingin segera bebas dari penjara suci (pesantren). Nah, tiga sekawan itu diberikan hukuman ini sangat girang, karena jika mereka mampu menemukan Bahar, maka mereka mendapat tiket jaminan lulus dari Buya. Dibekali uang dan beberapa catatan oleh Buya, ketiga sekawan tersebut memulai misi mencari Bahar. Kemudian cerita dilanjutkan dengan simpul-simpul pencarian Bahar melalui orang-orang yang pernah berjumpa dan menjadi kolega Bahar. 


Disini penulis mengisahkan perjalanan hidup seorang Bahar yang mana dia berasal dari keluarga miskin, yatim-piatu, pemabuk dan nakal. Bahar digambarkan oleh penulis sebagai seorang pemuda yang sangat muak dengan kehidupan, dia ingin melampiaskan segala beban dengan mabuk dan berjudi. Tapi dalam diri Bahar ada titik dimana hati nuraninya dididik oleh pendidikan serta ilmu agama dari pesantren. Hati nurani tersebut bisa membuat Bahar berteguh pada janji yang telah dia ucapkan pada sang Buya sebelum dia melangkah keluar dari pesantren. 


Penulis menggambarkan perubahan Bahar dari seorang prmabuk menjadi seorang yang dipenuhi kebaikan dan keagungan akhlak karena janji yang telah dibuat tersebut. Bahar dikisahkan rela melakukan apapun, rela mengorbankan banyak hal dan rela berpindah-pindah keadaan demi memegang janji serta menebus kesalahan di masa lalunya. Sebenarnya Bahar tidak ingin menjalankan janji tersebut, tapi pada saat dia ingin melupakan janji tersebut hati nurani nya memaksa Bahar untuk menepati janjinya itu. 


Dari kisah Bahar kita dapat mengambil banyak pembelajaran berharga. Tentang bagaimana seharusnya kita bersikap pada tetangga kita, belajar dari Bahar sejauh mana dia berkorban demi tetangganya. Tentangga yang bahkan memandang Bahar sebelah mata, tapi Bahar tetap ringan tangan membantu. Kemudian Bahar selalu menjadi pembela bagi mereka yang tertindas tanpa memperdulikan bagaimana masa lalu orang yang dia bantu. Tambahkan lagi, Bahar selalu berkata jujur kepada siapapun. 


Kisah Bahar dan segala cobaan besar yang menimpanya membuat tiga sekawan tadi (termasuk kita para pembaca) tertampar akan realita dan belajar bagaimana melihat dunia ini dengan lebih bijak. Dikutip dari kesimpulan yang dikatakan oleh Kahar, yaitu : 

"Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan disana. Dan orang-orang yang memang sabar dan bersyukur, dia akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan."


Saturday, May 8, 2021

Monolog Malam

Malam itu, di sudut paling tidak masuk akal untuk diam sendirian. Dia terpekur menatap kosong langit tak bertepian. Monolog malam itu dimulai, ditemani keheningan malam yang sungguh tak nyaman. 

... 

"Apakah aku memang sedang di buang oleh keadaan yang aku ciptakan sendiri?"

 ... 

"Mungkin karena aku terlalu angkuh terhadap keadaan yang bahkan belum tentu bisa aku taklukkan."

... 

"Tapi bukankah aku sudah berusaha dan terus berusaha?"

... 

"Sungguh aku terlalu banyak berangan dan lupa memijak tempat yang aman."

... 

"Kemana aku akan pergi setelah semua kekacauan yang aku buat ini?"

... 

"Kembali pulang, tapi apakah pulang akan menyembuhkan luka dan malu yang aku miliki?"

... 

Itulah kalimat demi kalimat yang sedang dia gumakan pada dirinya sendiri. Runtutan pertanyaan dan pernyataan sepihak. Membuat siapa saja yang tak paham bisa kacau balau argumentasinya dalam semalam. Dia memang diam, tapi sungguh, di dalam dirinya sangat kacau. Satu pertanyaan muncul, beberapa pernyataan mencerca pertanyaan itu. Kemudian hadir lagi pertanyaan baru, diikuti rutukan baru, diikuti penyesalan baru. Ah, sungguh pilu mendengar semua keramaian itu. Dikatakan pilu karena keramaian itu terbungkus rapi dalam keheningan serta tetes air mata sunyi. 

... 

Kegelisahan dan keraguan yang dibungkus keheningan sungguh mematikan. Ditambah ketakutan akan banyak hal akan membuat dia semakin kalut dan berantakan. Maka dia harus segera disadarkan oleh nurani yang berkata lirih namun jernih. Perlahan dia mengusap air mata dan mulai mendengarkan nuraninya bicara. 

... 

"Allah tak mungkin membebankan sesuatu yang tidak bisa ditanggung hamba-Nya."

... 

"Keputusan Allah pasti yang paling baik, tolong jangan kamu ragukan keputusan-Nya."

... 

"Berusaha lagi, iringi dengan do'a yang semakin keras di sepertiga malam dan di waktu-waktu yang mustajab."

... 

"Ayolah, hidup kita bukan hanya di dunia, masih ada alam selanjutnya yang akan kamu hadapi."

... 

"Allah selalu memberikan ujian dan itu tanda cinta-Nya kepada hamba-Nya."

... 

"Pulanglah, ridho Allah ada beserta ridho dari kedua orang tua."

... 

Hening kembali menyelimuti jiwanya yang sedang kelam. Air matanya menetes hingga membasahi bajunya. Apa boleh dikata, sekuat-kuatnya dia berusaha untuk sadar, pasti masih ada beberapa kekecewaan yang membutuhkan pelampiasan. Tapi sungguh dia mencoba menarik sesimpul senyuman. Senyuman terima kasih pada Allah karena masih memberikan kekuatan pada nuraninya untuk berbicara. 

... 

"Baiklah, mari menangis untuk malam ini, mari habiskan segala penyesalan itu."

... 

"Aku sadar semua penyesalan ini percuma, tapi paling tidak aku sadar Allah selalu sayang sama aku."

... 

"Lain kali mari berusaha dengan dosis yang tepat, usaha dan do'a berjalan beriringan."

... 

"Semoga esok Allah kembali memberi kesempatan yang baik bagi ku untuk berjuang dengan lebih keras."

... 

"Mari berdamai dengan penyesalan dan kegagalan masa lalu."

... 

"Terima kasih ya sudah berjuang sejauh ini, selepas ini mari berjuang lagi."

... 

Akhirnya dia memeluk dirinya sendiri, dia membungkus dirinya dengan kehatangan tangan yang memeluk pundaknya sendiri. Dia terima sekaligus menangisi kegagalan dengan lapang dan berusaha tersenyum atas segala kenyataan. Dia mulai melangitkan do'a demi do'a yang dia yakini pasti didengarkan oleh Tuhan. Dia kembali mensyukuri segala apa yang dia punya dan berusaha mempertahankan senyuman sambil terus mengusap air mata. 

Berdo'a kepada Allah Melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Oleh : KH Syaifuddin Zuhri Tempat : Masjid Al-Azhar Turen Usaha kita yang pendosa ini adalah berusaha dan berdo'a, meminta wasilah kubr...