Judul : 82년생 김지영 (Kim Ji-Yeong Lahir 1982)
Penulis : 조남주 (Cho Nam-joo)
Alih Bahasa : Iingliana
Ini adalah judul buku pertama yang saya baca
dari penulis Korea. Berisi tentang
seorang wanita Korea yang hidup dalam lingkungan patriarki. Kisah yang
disuguhkan penulis merefleksikan keresahan para perempuan yang selama ini
terbungkam. Imaji lingkungan mengarahkan bahwa semua kesulitan yang dialami
perempuan sudah dianggap sebagai "fitrah"nya para perempuan. Intinya
buku ini adalah tentang refleksi dari segala kesulitan yang perempuan aalami,
tidak hanya bagi perempuan Korea, tapi perempuan di belahan dunia lainnya. Pada akhirnya
kita para pembaca dituntut untuk merenung sejenak, bagaimana lingkungan yang
kita tempati sekarang? Apakah sudah lebih baik? Apakah sama saja? Ataukah lebih
mengekang?
Alur dari novel ini adalah alur maju, meskipun
di bagian pembukaan menampilkan latar tahun 2015, tetapi di bab selanjutnya
disajikan alur runtut dari tahun 1982 sampai tahun 2016. Pada awal bagian,
dikisahkan Kim Ji-yeong (pemeran utama) sedang mengalami krisis emosi pasca
melahirkan. Badannya yang lelah ditambah beban mental yang bertumpuk-tumpuk
menyebabkan Ji-yeong terkadang menjadi orang lain di depan suaminya Jeong
Dae-hyeon. Karena kejadian-kejadian aneh pada diri Ji-yeong semakin sering
terjadi, maka Dae-hyon memutuskan untuk menemui psikiater.
Kemudian cerita dilanjutkan pada kenangan masa
kanak-kanak Ji-yeong (1982-1994), masa remaja Ji-yeong (1995-2000), masa saat
Ji-yeong kuliah dan bekerja (2001-2015) dan masa saat Ji-yeong menikah dengan
Dae-hyeon (2012-2015). Melihat runtutan cerita yang bertahap dari tahun ke
tahun secara tereperinci membuat pembaca merasa seperti menikmati sebuah
biografi dari seorang Ji-yeong. Akan tetapi secara tidak langsung
pengalaman-pengalaman yang diperoleh Ji-yeong bisa jadi juga dialami oleh
banyak wanita di Korea bahkan di banyak belahan dunia bagian lainnya. Hal ini
karena dalam perjalanan hidupnya Ji-yeong sering kali dinomor dua kan hanya
karena dirinya perempuan. Ji-yeoang sering kali diharuskan mengalah karena
dirinya perempuan. Ji-yeong dituntut memahami dan menanggung banyak hal karena dia
perempuan.
Selain membahas mengenai kisah hidup Ji-yeong
yang berjuang menghadapi dunia patriarki yang tidak adil, novel ini juga
membahas mengenai kehidupan wanita-wanita lain disekitar Ji-yeong. Contoh tokoh
wanita yang ikut diceritakan adalah Oh Mi-sook, ibu Kim Ji-yeong. Dalam sesi
mengenai ibu Ji-yeong ini dikisahkan Mi-sook saat muda diharuskan bekerja untuk
memenuhi kehidupan saudara laki-lakinya dan menyekolahkan saudara laki-lakinya
utuk mengangkat derajat keluarga. Kemudian saat saudara laki-lakinya sudah
sukses Mi-sook diharuskan menikah dan mengabdi kepada keluarga suaminya.
Kim Ji-yeong memang bila dibandingkan dengan
ibunya sedikit lebih beruntung karena bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang
perkuliahan dan dapat bekerja kantoran sebelum dia menikah. Akan tetapi di saat
kuliah dan kerja pun kehidupan Ji-yeong tetap terasa sulit hanya karena dia
perempuan. Contohnya saja saat bekerja Ji-yeong tidak bisa ikut dalam tim
perencanaan hanya karena dia perempuan, padahal kinerjanya jauh lebih baik
dibanding rekan kerjanya yang laki-laki. Kemudian saat telah menikah dan
Ji-yeong tetap bekerja, banyak sekali yang mencibir Ji-yeong karena seharusnya
perempuan yang telah menikah, terutama yang telah hamil tidak boleh keras
kepala dengan tetap bekerja.
Masih banyak permasalahan-permasalahan lain
yang dihadapi Kim Ji-yeong dan wanita-wanita lainnya dalam novel ini. Kemudian bagian
akhir dari novel ini benar-benar masih menyisakan pertanyaan besar, yaitu
apakah Kim Ji-yeong dapat sembuh? Tidak ada jawaban pasti, pembaca diminta
untuk merenungkan sendiri.
sumber sampul : https://books.google.co.id/books?id=2EnEDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false