Tuesday, December 28, 2021

Kim Ji-Yeong Lahir 1982


Judul :  82년생 김지영 (Kim Ji-Yeong Lahir 1982)

Penulis : 조남주 (Cho Nam-joo)

Alih Bahasa : Iingliana

Ini adalah judul buku pertama yang saya baca dari penulis Korea. Berisi tentang seorang wanita Korea yang hidup dalam lingkungan patriarki. Kisah yang disuguhkan penulis merefleksikan keresahan para perempuan yang selama ini terbungkam. Imaji lingkungan mengarahkan bahwa semua kesulitan yang dialami perempuan sudah dianggap sebagai "fitrah"nya para perempuan. Intinya buku ini adalah tentang refleksi dari segala kesulitan yang perempuan aalami, tidak hanya bagi perempuan Korea, tapi perempuan di belahan dunia lainnya.  Pada akhirnya kita para pembaca dituntut untuk merenung sejenak, bagaimana lingkungan yang kita tempati sekarang? Apakah sudah lebih baik? Apakah sama saja? Ataukah lebih mengekang?

Alur dari novel ini adalah alur maju, meskipun di bagian pembukaan menampilkan latar tahun 2015, tetapi di bab selanjutnya disajikan alur runtut dari tahun 1982 sampai tahun 2016. Pada awal bagian, dikisahkan Kim Ji-yeong (pemeran utama) sedang mengalami krisis emosi pasca melahirkan. Badannya yang lelah ditambah beban mental yang bertumpuk-tumpuk menyebabkan Ji-yeong terkadang menjadi orang lain di depan suaminya Jeong Dae-hyeon. Karena kejadian-kejadian aneh pada diri Ji-yeong semakin sering terjadi, maka Dae-hyon memutuskan untuk menemui psikiater.

Kemudian cerita dilanjutkan pada kenangan masa kanak-kanak Ji-yeong (1982-1994), masa remaja Ji-yeong (1995-2000), masa saat Ji-yeong kuliah dan bekerja (2001-2015) dan masa saat Ji-yeong menikah dengan Dae-hyeon (2012-2015). Melihat runtutan cerita yang bertahap dari tahun ke tahun secara tereperinci membuat pembaca merasa seperti menikmati sebuah biografi dari seorang Ji-yeong. Akan tetapi secara tidak langsung pengalaman-pengalaman yang diperoleh Ji-yeong bisa jadi juga dialami oleh banyak wanita di Korea bahkan di banyak belahan dunia bagian lainnya. Hal ini karena dalam perjalanan hidupnya Ji-yeong sering kali dinomor dua kan hanya karena dirinya perempuan. Ji-yeoang sering kali diharuskan mengalah karena dirinya perempuan. Ji-yeong dituntut memahami dan menanggung banyak hal karena dia perempuan.

Selain membahas mengenai kisah hidup Ji-yeong yang berjuang menghadapi dunia patriarki yang tidak adil, novel ini juga membahas mengenai kehidupan wanita-wanita lain disekitar Ji-yeong. Contoh tokoh wanita yang ikut diceritakan adalah Oh Mi-sook, ibu Kim Ji-yeong. Dalam sesi mengenai ibu Ji-yeong ini dikisahkan Mi-sook saat muda diharuskan bekerja untuk memenuhi kehidupan saudara laki-lakinya dan menyekolahkan saudara laki-lakinya utuk mengangkat derajat keluarga. Kemudian saat saudara laki-lakinya sudah sukses Mi-sook diharuskan menikah dan mengabdi kepada keluarga suaminya.

Kim Ji-yeong memang bila dibandingkan dengan ibunya sedikit lebih beruntung karena bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang perkuliahan dan dapat bekerja kantoran sebelum dia menikah. Akan tetapi di saat kuliah dan kerja pun kehidupan Ji-yeong tetap terasa sulit hanya karena dia perempuan. Contohnya saja saat bekerja Ji-yeong tidak bisa ikut dalam tim perencanaan hanya karena dia perempuan, padahal kinerjanya jauh lebih baik dibanding rekan kerjanya yang laki-laki. Kemudian saat telah menikah dan Ji-yeong tetap bekerja, banyak sekali yang mencibir Ji-yeong karena seharusnya perempuan yang telah menikah, terutama yang telah hamil tidak boleh keras kepala dengan tetap bekerja.

Masih banyak permasalahan-permasalahan lain yang dihadapi Kim Ji-yeong dan wanita-wanita lainnya dalam novel ini. Kemudian bagian akhir dari novel ini benar-benar masih menyisakan pertanyaan besar, yaitu apakah Kim Ji-yeong dapat sembuh? Tidak ada jawaban pasti, pembaca diminta untuk merenungkan sendiri.


sumber sampul : https://books.google.co.id/books?id=2EnEDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false 

Monday, May 10, 2021

Keteguhan Janji Seorang Pemabuk


Judul : Janji

Penulis : Tere Liye

Tahun : April, 2021


(Buku berjudul Janji ini ditulis oleh Tere Liye, sekarang masih tersedia di google play book saja.) 


Novel ini disajikan dengan sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita. Novel ini sejatinya berkisah tentang perjalanan hidup seorang pria bernama Bahar Safar. Akan tetapi penyampaian perjalanan hidup Bahar dimediasi oleh tiga orang santri yang ditugaskan oleh sang Buya (julukan Kyai di daerah Sumatra) untuk mencari keberadaan Bahar Safar. 


Cerita diawali oleh kenakalan tiga orang santri yang bernama Hasan, Kahar dan Baso. Ketiga santri tersebut dengan sengaja menambah garam kedalam teko minuman untuk rombongan presiden yang menggelar kampanye di pondok. Kemudian Buya mengetahui bahwa dalang dibalik minuman asin ini adalah tiga sekawan tersebut. Karena Buya adalah seorang guru yang berpegang teguh bahwa dia tidak akan mengeluarkan santri dengan alasan apapun, maka Buya memberikan sebuah hukuman spesial bagi tiga sekawan pembuat onar tersebut. 


Hasan, Kahar dan Baso diberikan hukuman spesial oleh Buya yaitu mencari keberadaan Bahar. Bahar adalah alumni pesantren empat puluh tahun lalu, yang dikeluarkan dari pesantren oleh Buya yang sebelumnya karena dia memicu kebakaran di area pesantren hingga membuat seorang santri meninggal dunia. Bahar adalah anak yang sangat nakal, hobinya adalah mabuk-mabukan, berjudi dan berkelahi. Akan tetapi setelah mengeluarkan Bahar, Buya justru bermimpi sangat aneh sekaligus spesial. Sang Buya bermimpi bahwa Bahar memiliki suatu yang sangat spesial dan mulia. Kemudian setelah Bahar pergi sang Buya berusaha mencari Bahar sepanjang hayatnya, hingga dia berpesan kepada anaknya (Buya yang sekarang) agar terus mencari Buya. Buya telah berusaha mencari Bahar kemanapun, begitu pula anaknya, tapi tidak pernah membuahkan hasil. 


Buya memberikan tugas kepada tiga sekawan untuk mencari Bahar karena mereka sama-sama nakal, berjiwa pemberontak dan ingin segera bebas dari penjara suci (pesantren). Nah, tiga sekawan itu diberikan hukuman ini sangat girang, karena jika mereka mampu menemukan Bahar, maka mereka mendapat tiket jaminan lulus dari Buya. Dibekali uang dan beberapa catatan oleh Buya, ketiga sekawan tersebut memulai misi mencari Bahar. Kemudian cerita dilanjutkan dengan simpul-simpul pencarian Bahar melalui orang-orang yang pernah berjumpa dan menjadi kolega Bahar. 


Disini penulis mengisahkan perjalanan hidup seorang Bahar yang mana dia berasal dari keluarga miskin, yatim-piatu, pemabuk dan nakal. Bahar digambarkan oleh penulis sebagai seorang pemuda yang sangat muak dengan kehidupan, dia ingin melampiaskan segala beban dengan mabuk dan berjudi. Tapi dalam diri Bahar ada titik dimana hati nuraninya dididik oleh pendidikan serta ilmu agama dari pesantren. Hati nurani tersebut bisa membuat Bahar berteguh pada janji yang telah dia ucapkan pada sang Buya sebelum dia melangkah keluar dari pesantren. 


Penulis menggambarkan perubahan Bahar dari seorang prmabuk menjadi seorang yang dipenuhi kebaikan dan keagungan akhlak karena janji yang telah dibuat tersebut. Bahar dikisahkan rela melakukan apapun, rela mengorbankan banyak hal dan rela berpindah-pindah keadaan demi memegang janji serta menebus kesalahan di masa lalunya. Sebenarnya Bahar tidak ingin menjalankan janji tersebut, tapi pada saat dia ingin melupakan janji tersebut hati nurani nya memaksa Bahar untuk menepati janjinya itu. 


Dari kisah Bahar kita dapat mengambil banyak pembelajaran berharga. Tentang bagaimana seharusnya kita bersikap pada tetangga kita, belajar dari Bahar sejauh mana dia berkorban demi tetangganya. Tentangga yang bahkan memandang Bahar sebelah mata, tapi Bahar tetap ringan tangan membantu. Kemudian Bahar selalu menjadi pembela bagi mereka yang tertindas tanpa memperdulikan bagaimana masa lalu orang yang dia bantu. Tambahkan lagi, Bahar selalu berkata jujur kepada siapapun. 


Kisah Bahar dan segala cobaan besar yang menimpanya membuat tiga sekawan tadi (termasuk kita para pembaca) tertampar akan realita dan belajar bagaimana melihat dunia ini dengan lebih bijak. Dikutip dari kesimpulan yang dikatakan oleh Kahar, yaitu : 

"Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan disana. Dan orang-orang yang memang sabar dan bersyukur, dia akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan."


Saturday, May 8, 2021

Monolog Malam

Malam itu, di sudut paling tidak masuk akal untuk diam sendirian. Dia terpekur menatap kosong langit tak bertepian. Monolog malam itu dimulai, ditemani keheningan malam yang sungguh tak nyaman. 

... 

"Apakah aku memang sedang di buang oleh keadaan yang aku ciptakan sendiri?"

 ... 

"Mungkin karena aku terlalu angkuh terhadap keadaan yang bahkan belum tentu bisa aku taklukkan."

... 

"Tapi bukankah aku sudah berusaha dan terus berusaha?"

... 

"Sungguh aku terlalu banyak berangan dan lupa memijak tempat yang aman."

... 

"Kemana aku akan pergi setelah semua kekacauan yang aku buat ini?"

... 

"Kembali pulang, tapi apakah pulang akan menyembuhkan luka dan malu yang aku miliki?"

... 

Itulah kalimat demi kalimat yang sedang dia gumakan pada dirinya sendiri. Runtutan pertanyaan dan pernyataan sepihak. Membuat siapa saja yang tak paham bisa kacau balau argumentasinya dalam semalam. Dia memang diam, tapi sungguh, di dalam dirinya sangat kacau. Satu pertanyaan muncul, beberapa pernyataan mencerca pertanyaan itu. Kemudian hadir lagi pertanyaan baru, diikuti rutukan baru, diikuti penyesalan baru. Ah, sungguh pilu mendengar semua keramaian itu. Dikatakan pilu karena keramaian itu terbungkus rapi dalam keheningan serta tetes air mata sunyi. 

... 

Kegelisahan dan keraguan yang dibungkus keheningan sungguh mematikan. Ditambah ketakutan akan banyak hal akan membuat dia semakin kalut dan berantakan. Maka dia harus segera disadarkan oleh nurani yang berkata lirih namun jernih. Perlahan dia mengusap air mata dan mulai mendengarkan nuraninya bicara. 

... 

"Allah tak mungkin membebankan sesuatu yang tidak bisa ditanggung hamba-Nya."

... 

"Keputusan Allah pasti yang paling baik, tolong jangan kamu ragukan keputusan-Nya."

... 

"Berusaha lagi, iringi dengan do'a yang semakin keras di sepertiga malam dan di waktu-waktu yang mustajab."

... 

"Ayolah, hidup kita bukan hanya di dunia, masih ada alam selanjutnya yang akan kamu hadapi."

... 

"Allah selalu memberikan ujian dan itu tanda cinta-Nya kepada hamba-Nya."

... 

"Pulanglah, ridho Allah ada beserta ridho dari kedua orang tua."

... 

Hening kembali menyelimuti jiwanya yang sedang kelam. Air matanya menetes hingga membasahi bajunya. Apa boleh dikata, sekuat-kuatnya dia berusaha untuk sadar, pasti masih ada beberapa kekecewaan yang membutuhkan pelampiasan. Tapi sungguh dia mencoba menarik sesimpul senyuman. Senyuman terima kasih pada Allah karena masih memberikan kekuatan pada nuraninya untuk berbicara. 

... 

"Baiklah, mari menangis untuk malam ini, mari habiskan segala penyesalan itu."

... 

"Aku sadar semua penyesalan ini percuma, tapi paling tidak aku sadar Allah selalu sayang sama aku."

... 

"Lain kali mari berusaha dengan dosis yang tepat, usaha dan do'a berjalan beriringan."

... 

"Semoga esok Allah kembali memberi kesempatan yang baik bagi ku untuk berjuang dengan lebih keras."

... 

"Mari berdamai dengan penyesalan dan kegagalan masa lalu."

... 

"Terima kasih ya sudah berjuang sejauh ini, selepas ini mari berjuang lagi."

... 

Akhirnya dia memeluk dirinya sendiri, dia membungkus dirinya dengan kehatangan tangan yang memeluk pundaknya sendiri. Dia terima sekaligus menangisi kegagalan dengan lapang dan berusaha tersenyum atas segala kenyataan. Dia mulai melangitkan do'a demi do'a yang dia yakini pasti didengarkan oleh Tuhan. Dia kembali mensyukuri segala apa yang dia punya dan berusaha mempertahankan senyuman sambil terus mengusap air mata. 

Thursday, April 15, 2021

Idealisme dan Perjuangan Harus Berjalan Bersama


 GURU AINI

(Prekuel Novel Orang-Orang Biasa)

Karya : Andrea Hirata

 

Novel ini kembali mengingatkan aku bahwa menjadi seseorang yang idealis itu tidak masalah. Akan menjadi masalah bila kita menjadi seorang idealis yang pemalas dan patah semangat. Dari Guru Desi aku merasa mendapatkan bisikan bahwa untuk menjadi guru butuh pengorbanan dan pengabdian seutuhnya. Dari Aini aku bisa belajar arti dari ketekunan dan pantang menyerah begitu saja. Kemudian dari keseluruhan cerita yang dibawakan oleh Andrea Hirata aku bisa memahami bahwa kehidupan ini amatlah berwarna.

Alur novel ini adalah alur maju, perlahan namun pasti membuat kita kembali menelusuri bagian terpencil dari sebuah pulau di daerah Sumatra. Di awal bagian penulis menyuguhkan cerita mengenai Guru Desi yang sangat mencintai Matematika dan sangat idealis. Guru Desi sejak masih di bangku sekolah telah terobsesi dengan Matematika dan sejak itu dia mengukirkan cita-citanya sebagai guru Matematika. Kemudian mimpinya terwujud, di usia 18 tahun dia merantau untuk menjadi seorang guru di tempat yang sangat terpencil.

Kemudian Guru Desi berjanji akan menemukan murid yang jenius Matematika di desa terpencil tersebut. Tahun demi tahun Guru Desi menanti, kemudian muncul lah Debut Awaludin. Seorang murid yang sangat jenius dan imajinatif tetapi sangat naif. Debut sungguh membuat Guru Desi terpesona sekaligus kecewa bukan kepalang. Semangat Guru Desi perlahan redup tapi janji yang telah dia ikrarkan tidak boleh dan tidak bisa dia langgar. Guru Desi tetap gigih mengajar Matematika, tapi perlahan Guru Desi menjadi sosok guru yang dingin, jahat dan ditakuti.

Tahun kembali berganti, Guru Desi telah menjadi wanita dewasa seutuhnya, namun karena janjinya belum bisa dia tepati dia seakan berjalan ditempat, mengulangi rutinitas yang sama. Memarahi murid-murid dan merasa frustasi setiap selesai menilai hasil ujian. Kemudian penulis menyuguhkan karakter yang telah ditunggu-tunggu, Nuraini binti Syafrudin. Seorang gadis polos, lugu dan sangat takut terhadap Matematika, dikisahkan bahwa Aini mengalami sakit perut hebat saat jam pelajaran Matematika. Perihal ayahnya yang jatuh sakit dan keluarganya tidak mampu membiayai pengobatan ayahnya, Aini bertekad kuat untuk menjadi dokter.

Iya, kisah kemudian berlanjut dengan perjuangan Aini untuk mewujudkan cita-citanya itu. Aini dengan sangat berani memilih untuk datang kepada Guru Desi, dia meminta agar dia bisa belajar di kelas Guru Desi apapun konsekuensinya. Guru Desi awalnya sangat sanksi dengan niat dari Aini, Guru Desi berhipotesa bahwa niatan Aini untuk belajar Matematika hanya efek sesaat karena sakit yang diderita ayahnya. Akan tetapi hipotesa Guru Desi mulai terpatahkan saat Aini mampu bertahan selama dua pekan setelah pindah ke kelas Guru Desi.

Dalam novel ini penulis menyuguhkan sudut pandang dari Guru Desi dan Aini, sehingga kita sebagai pembaca bisa memahami dengan baik bagaimana rasa frustasi yang dialami oleh murid dan guru tersebut. Guru Desi yang selama lima pekan marah-marah hingga muntab karena Aini tak kunjung memahami konsep Matematika dasar. Dan Aini yang selama lima pekan semakin frustasi dan ketakutan bila dia sewaktu-waktu dikeluarkan dari kelas Guru Desi. Penulis kemudian kembali mengingatkan kita bahwa hal apapun yang kita inginkan akan terwujudkan jika kita mampu bertahan dalam ritme juang. Guru Desi terus memikirkan cara bagaimana dia bisa mengajari Aini dan Aini terus memperbaharui niat dan tekat untuk bertahan dan terus belajar dari Guru Desi.

Pada akhirnya, Guru Desi menemukan cara untuk mengajarkan Matematika kepada Aini, yaitu dengan metode pendekatan Kalkulus. Tak dapat dinanya, ternyata benar, kemampuan berfikir Aini dapat dipancing dari pendekatan Kalkulus. Kemudian Aini sangat amat bahagia karena pada akhirnya ada ilmu yang bisa dia pahami. Aini semakin bersemangat untuk belajar, dia tuliskan rumus-rumus Matematika di dinding kamarnya, dia pelajari rumus itu, dia renungkan rumus itu dan dia kerjakan soal yang diberikan Guru Desi. Di sisi lain, akhirnya Guru Desi merasa motivasi mengajarnya kembali hadir. Setelah membuat seoarang Aini yang awalnya buta dengan Matematika hingga membuat Aini memahami Matematika membuat Guru Aini kembali menjadi versi terbaik dari dirinya.

Beberapa kutipan yang aku sukai dari Novel ini :

·   “Pendidikan memerlukan pengorbanan, Bu. Pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah.”

·         Math is like respect, you have to give it, to get it!

·         “Waktu menantang pertempurang yang takkan pernah kita menangkan.”

·         “Aku anak ayahku, Bu, ayahku adalah tanggung jawabku.”

·   “Kurasa guru yang baik adalah guru yang dapat memacu kecerdasan muridnya. Guru yang lebih baik adalah guru yang dapat menemukan kecerdasan muridnya. Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah mencari cara agar muridnya mengerti!”

·  “Dalam perjalanan yang panjang menuju keikhlasan,kita akan menemukan harapan.Dalam perjalanan yang berliku-liku menuju pengorbanan, kita aka menemukan keberanian. Namun kejujuran pada diri sendiri, akhirnya kita akan pulang.”

·  “Aku tak pandai menulis puisi seindah Guru Desi. Namun pada dunia ingin kukatakan bahwa namaku Aini, dan Guru Desi adalah guruku, Guru Desi adalah guru Aini. Itulah puisi paling indah di dunia ini bagiku.”

·    “Dalam kesepian yang getir dan menyesakkan, tersemat sesuatu yang paling didambakan manusia ... kemerdekaan.”

 

 

Tuesday, January 26, 2021

Perihal Fisika dan Matematika


Selepas mengerjakan soal fisika SMA bab Fluida dan kemudian tiba-tiba lompat ngerjakan soal matematika SMA ada satu ide tiba-tiba muncul. Ternyata bagi sebagian siswa, matematika dianggap lebih mudah karena dengan rumus yang lumayan sedikit bisa menyelesaikan beberapa soal kompleks. Dengan skill otak-atik matuk, asalkan memenuhi kaidah aturan dasar dan ditambah improvisasi jawaban bisa ditemui. Beda kalau sama fisika, rumusnya banyak, soalnya bervariasi, beda bab beda rumus, menghafalkan rumusnya juga susah. Makanya banyak yang menyerah gitu aja sama fisika. 

Akupun yang masih juga kesusahan sama fisika merasakan hal yang sama. Harus sabar belajar fisika itu, susah sekali kalau belajar fisika tapi maunya instan. Kalau mau cepet dapat nilai bagus dalam fisika mudah sih, tinggal ngehafalin rumus, benar memasukkan rumus, jawaban ketemu, selesai. Tapi kalau dalam satu paket soal ada banyak soal dengan varian rumus berbeda yang harus digunakan bagaimana? Kemudahan menghafal rumus kan beda sama kemudahan menghafalkan kosa kata. Rumus terdiri dari berbagai variabel dan bila harus menjlentrehkan rumusnya satu-satu ya lelah dong? Belum lagi kalau tidak faham makna fisisnya, alhasil rumus hanya dihafal lalu hilang begitu saja selepas ujian.

Lalu harus bagaimana dong? Matematika perlu skill dan pengalaman, fisika perlu banyak pemahaman mendasar. Keduanya sama-sama ribet dan butuh waktu buat belajar. Kembali lagi, semua hal di dunia ini butuh perjuangan, dan karena manusia itu tempatnya "lupa", maka harus sering-sering "mengingat" kembali. Tapi mana yang sesungguhnya lebih sulit? Matematika atau fisika? Ya mohon maaf, kalau pertanyaan seperti itu akan cenderung dijawab lebih sulit fisika.

Tetapi nyatanya dalam fisika teori (theoritical physics) matematika dan fisika bisa berjalan berdampingan. Saling menyokong satu sama lain, saling menguatkan satu sama lain dan saling membutuhkan. Begitulah memang, ada kalanya dimana kita harus lebih bersabar untuk tahu kenikmatan dari suatu ilmu. Perlahan namun pasti, terus berusaha belajar pasti membuahkan hasil. Kesabaran, ketekunan dan rasa ingin tahu menjadikan pertanyaan terjawab sedikit demi sedikit, lalu membuat pertanyaan lain muncul silih berganti.

Tuesday, December 22, 2020

Apresiasi

 


Dalam riuh redam kenangan yang meminta dikenang

Hati dan jiwa merasakan banyak rasa secara bersamaan

Ada kisah sedih yang pernah singgah menggelayuti hari

Ada kisah bahagia yang tercipta dan menerangi hati

    Waktu berjalan begitu cepat bagi mereka yang telah usai

    Seakan kemarin baru memulai dan sekarang sudah selesai

    Ketika banyak hal telah dituntaskan maka wajar saja beban berkurang

    Kemudian bila menempuh jalan baru maka sudah resiko cobaan bertambah

Karena nyatanya hidup ini adalah tentang perjalanan

Bukan hanya perihal hidup lalu mati dalam kekosongan

Allah menciptakan ruang-waktu untuk kita gunakan, bukan untuk disia-siakan

Maka cara terbaik untuk bersyukur adalah dengan terus berusaha 

    Bila besok jalan yang kita lewati lebih sulit, jangan mudah menyerah

    Bila besok kesempatan yang datang memang terbatas, pastikan semua ditebas tuntas

    Satu hal yang penting, gali terus sumber rezeki dengan benar

    Selalu mendekat kepada Allah agar tidak terlena keadaan

Tuesday, December 15, 2020

Dialektika Senja


Senjaku kali ini ditemani rinai hujan

Senjaku kali ini dihiasi tetes air mata

Amarah berusaha aku redam sekuat tenaga

Segala kecamuk dalam hati aku coba lawan

            Akhirnya aku tergugu di pojok ruangan

            Memeluk lutut, menyerap angin sore yang hampa

            Sungguh aku hanya ingin yakin kalau aku tidak apa

            Tapi hati dan jiwaku nyatanya sedang terluka           

Allah, Allah, Allah

Akhirnya hanya kepada Allah aku berserah

Akhirnya hanya kepada Allah aku meminta

Akhirnya hanya kepada Allah segala muara

            Pergulatan senjaku kali ini semoga bisa aku menangkan

Semoga segala kekhawatiran tidak jadi kenyataan

Segala lelah dan kesah aku sandarkan pada Allah semata

Aku yakin Allah punya jawaban terbaik atas segala tanya

Hari Raya Idul Adha 1446H

 Ibadah haji adalah bentuk kasih sayang dari Allah SWT Mutiara hikmah : Bukti ketaatan seorang hamba kepada Sang Khalik untuk mendatangi-Nya...