Wednesday, February 15, 2023

Pekan ke – 5 : Test Berbantuan Komputer

 

Judul Jurnal ; Developing of Computerized Adaptive Testing to Measure Physics Higher Order Thinking Skills of Senior High School Students and its Feasibility of Use

DOI

Tujuan dan Novelty:

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan computerized adaptive testing (CAT) untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Evaluasi biasanya menggunakan kertas dan pensil. Penggunaan komputer sebagai media pengujian sudah banyak berkembang; misalnya, pengujian bahasa Inggris (Jamieson, 2009) dan bahasa Semai (Alwi, Mehat, & Arshad, 2016). Penggunaan tes berbantuan komputer telah diteliti dalam bidang pendidikan. Terbukti bahwa penggunaan computer membantu dalam proses belajar-mengajar, menguji, dan menilai (Bennett, 2012; Pommerich, 2004; Fadzil, 2018).

Dengan mengembangkan sistem penilaian berbasis tes yang dapat menyesuaikan dengan kemampuan siswa untuk memberikan solusi terbaik. Sistem yang belum banyak dikembangkan adalah sistem penilaian yang menggabungkan penilaian adaptif berdasarkan pemikiran tingkat tinggi yang dapat mengukur kemampuan HOTS dengan sistem komputer adaptif.

Untuk mengukur HOTS siswa pada mata pelajaran fisika, butir soal yang dipasang pada CAT harus dapat mengukur HOTS siswa. Tes pilihan ganda yang dimodifikasi dengan rasional dianggap sebagai pengembangan lebih lanjut dari jenis tes, dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa di semua level kognitif, khususnya level berpikir tingkat tinggi. Tes yang baik adalah tes yang dapat mengukur keterampilan peserta tes secara akurat, dimana indeks kesukaran tes disesuaikan dengan kemampuan peserta tes. Selain itu, tes yang baik harus mempertimbangkan langkah-langkah penyelesaian soal-soal tes. Metode pengujian yang inovatif dapat menentukan keberhasilan pengukuran kemampuan siswa; Oleh karena itu, pengembangan instrumen untuk mengukur HOTS fisika dengan mengadopsi CAT (PhysTHOTS-CAT) perlu dilakukan.

Metode Penelitian :

Research Development menggunakan model pengembangan 4-D yang mengusung empat fase yaitu define, design, development, dan diseminasi (4D) yang dikembangkan oleh Thiagarajan. Instrumen tes ini dapat memberikan soal tes berdasarkan kemampuan siswa. Tahapan penelitian meliputi (1) analisis kebutuhan dan pendefinisian, (2) desain pengembangan, (3) pengembangan CAT dan merangkai soal tes menjadi CAT, (4) validasi oleh pakar, dan (5) uji kelayakan.

Sampel dalam penelitian ini adalah 300 siswa kelas X SMA di Yogyakarta. Data diperoleh melalui metode sampling sistematik dengan memilih peserta tes dari 4 sekolah, satu sekolah terdiri dari 90 hingga 100 siswa di Provinsi DI Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan di masing-masing sekolah di ruang laboratorium komputer dengan sistem bergantian sesuai kelompok kelas. Proses acak dilakukan setelah peneliti mendeteksi atau mencatat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan sekolah yang menjadi sasaran penelitian ini.

Gambar 1: Aturan stopping untuk item tes di CAT

Gambar 2: Halaman depan tampilan program

Gambar 3 : Bagian isi program tes CAT

Gambar 4: Tampilan hasil tes

Hasil :

Temuan menunjukkan bahwa PhysTHOTS-CAT valid untuk mengukur HOTS fisika siswa kelas 10 SMA menurut 82,28% penilaian guru dan siswa pada konten dan media PhysTHOTS-CAT. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PhysTHOTS-CAT dapat digunakan dan layak untuk mengukur HOTS fisika siswa kelas X SMA.


Nama : Fithrotul Azizah

NIM   : 220321810697





Sunday, February 12, 2023

Essay Pertemuan Pekan Ke Empat Penilaian Autentik dalam Pendidikan Fisika

Materi : Instrument Tes

Untuk mengevaluasi hasil belajar perlu adanya tuntutan dari siswa, salah satu teknik evaluasinya adalah melalui tes. Tes dapat digunakan antara lain untuk mengetahui kemampuan awal siswa, tingkat pencapaian standar kemampuan siswa, menentukan perkembangan kemampuan siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, hasil tes belajar, proses pembelajaran, memotivasi belajar siswa, dan memberikan umpan balik kepada guru.

Rangkuman dalam bentuk poster : 

Link poster

Nama : Fithrotul Azizah 

NIM : 220321810697

Wednesday, February 8, 2023

Pertemuan 3 : Instrument Test

 Judul Jurnal : Analysis of the Development of Critical Thinking Instruments Test in Physics

DOI : 10.2991/aer.k.211215.105

Link

Latar Belakang Masalah

Penilaian instrumen tes berpikir kritis bersifat kualitatif dan kontekstual untuk menggali proses berpikir memecahkan masalah dengan menghubungkan dan mengkonstruk data untuk menyimpulkan. Soal kualitatif adalah soal yang dapat mengidentifikasi makna fisika yang dihubungkan dengan konsep fisika. Sedangkan soal kontekstual mengandung konteks dalam kehidupan sehari-hari untuk diterapkan dalam kehidupan. Dilihat dari pentingnya pengembangan instrumen penilaian tes berpikir kritis dalam mengukur kemampuan berpikir kritis, maka perlu dilakukan pemetaan telaah hasil penelitian terhadap pengembangan instrumen tes berpikir kritis yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

Solusi yang Ditawarkan

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan metode Bibliometrik. Teknik analisis bibliometrik dilakukan pemetaan dengan topik metode pengembangan, bentuk instrumen, indikator instrumen, kelayakan instrumen, subjek penelitian, media, hasil implementasi instrumen tes berpikir kritis, materi, dan model pembelajaran.

Tahapan penelitian adalah mengumpulkan dan memilih data sekunder artikel penelitian melalui aplikasi Publish or Perish (PoP) menggunakan database Google Scholar dan Scopus tahun 2016-2020. Kemudian, melengkapi atribut makalah melalui perangkat lunak Mendeley, memvisualisasikan pemetaan data berdasarkan judul dan bidang abstrak menggunakan perangkat lunak VOS viewer, serta menganalisis dan mendeskripsikan topik kajian penelitian.

Analisis Hasil


Gambar 1 : Visualisasi Jaringan instrumen tes berpikir kritis.

Dari hasil didapatkan bahwa metode pengembangan R&D adalah metode yang paling banyak digunakan oleh peneliti sebagai tes keterampilan berpikir kritis. Bentuk soal yang dibuat berupa pilihan ganda, esai terbuka, tes uraian, dan tes diagnostik terkait indikator berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis dan Facione. Rumusan masalah adalah pengujian kelayakan instrumen melalui validitas dan reliabilitas soal. Instrumen soal yang valid akan diujikan pada siswa, mahasiswa, dan guru prakerja dibantu dengan media papertest dan web beserta aplikasi dengan materi yang sering diujicobakan yaitu optik.

Wednesday, February 1, 2023

PENDAHULUAN PENILAIAN AUTENTIK

 

Halo teman-teman....
Selamat datang dalam sharing materi perkuliahan Penilaian Autentik dalam Fisika.
Kali ini saya Fithrotul Azizah dari kelompok 2 akan menyampaikan materi untuk subab Pendahuluan Penilaian Autentik. Berikut saya kirimkan link materi yang dapat teman-teman akses.
Mari belajar bersama! :) 


Terima Kasih

Friday, January 27, 2023

Essay Pertemuan Pekan Ke Dua Penilaian Autentik dalam Pendidikan Fisika

 

Topik bahasan : Assessment for Learning (AfL)

Asesmen formatif, adalah asesmen pembelajaran yang didalamnya termasuk tes diagnostik berisi rangkaian prosedur asesmen formal dan informal yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran untuk memodifikasi kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan pencapaian siswa.

Rangkuman dalam bentuk video :


Nama : Fithrotul Azizah 
NIM : 220321810697



Pertemuan 1 : Assessment for Learning


Judul Jurnal : The role of the argumentation-based laboratory on the development of pre-service chemistry teachers’ argumentation skills

DOI

Tujuan dan Novelty Jurnal :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengembangan keterampilan argumentasi guru kimia pra-jabatan (PCT) dalam perkuliahan berbasis laboratorium selama satu semester. Keterampilan argumentasi adalah kemampuan utama dari para ilmuwan dalam membentuk pengetahuan ilmiah. Selain itu, keterampilan argumentasi diperlukan untuk menafsirkan masalah sosio-ilmiah. Oleh karena itu, kelas sains harus melibatkan berbagai kegiatan di mana siswa memiliki kesempatan untuk berlatih argumentasi. Dari perspektif ini, kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat mendukung keterampilan argumentasi siswa.

Pentingnya argumentasi dalam pendidikan sains tidak terbantahkan. Namun, banyak penelitian telah melaporkan kesulitan siswa dalam membangun argumen. Salah satu penyebabnya adalah keterampilan guru yang kurang memadahi untuk memunculkan keterampilan srgumentasi dan kurangnya praktik langsung. Literatur terkait menunjukkan bahwa program pendidikan guru tidak memadai dalam mengembangkan keterampilan argumentasi guru prajabatan. Oleh karena itu, masih diperlukan kajian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan argumentasi calon guru.

Metode :

Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus dalam desain penelitian kualitatif.

Konsep argumentasi tercakup dalam mata kuliah Metode Pengajaran IPA II sehingga saat penelitian ini dimulai, mahasiswa memiliki gambaran tentang bagaimana menerapkan argumentasi dalam konten kimia.

Sebanyak enam PCT (dua laki-laki dan empat perempuan) terdaftar dalam kursus, dan semuanya berpartisipasi dalam penelitian ini. PCT bekerja berpasangan, pasangan dibentuk secara acak, dan pasangan yang sama belajar bersama sepanjang semester.

Laporan laboratorium Science writing heuristic (SWH) dan wawancara semi-terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data. Kedua metode pengumpulan data ini memberikan triangulasi penelitian.

Dalam format SWH, siswa mendiskusikan pertanyaan awal, membentuk kelompok, melakukan percobaan laboratorium, menganalisis dan mendiskusikan hasilnya dengan kelompok lain.

Pra dan pasca wawancara (pertanyaan pada tabel 1) dengan PCT dari masing-masing pasangan dilakukan untuk melihat perkembangan keterampilan argumentasi.


Prosedur :

Sesi laboratorium didasarkan pada model argumentasi Toulmin di mana PCT menulis laporan laboratorium mereka dalam format SWH.

Di awal setiap sesi laboratorium, PCT dipresentasikan dua atau tiga kasus kehidupan sehari-hari atau pertanyaan terkait konsep hari itu tetapi mencakup topik yang berbeda. PCT mendiskusikan kasus/pertanyaan berpasangan, dan mereka menulis ide pertama mereka ke bagian 'Gagasan awal' dari laporan SWH untuk setiap kasus termasuk penjelasan kimia yang terperinci.

Kemudian, dua atau tiga prosedur percobaan diberikan kepada PCT untuk menguji ide awal mereka tanpa mengetahui prosedur mana yang termasuk dalam kasus yang mana.

Di bagian 'Pengamatan', data dan hasil ditulis. Mempertimbangkan hasil percobaan, PCT menyusun ide kedua mereka terkait dengan ide pertama dan mencatatnya ke bagian 'Klaim'.

Akhirnya, semua PCT berbagi klaim dan penjelasan mereka dan mencoba mencapai konsensus. Kemudian, ada diskusi seluruh kelas antara semua PCT.

Analisis Data :

Analisis wawancara. Wawancara semi terstruktur dianalisis sesuai dengan tema dan kode yang diperoleh dengan mengintegrasikan konsep kimia ke dalam Model Argumentasi Toulmin untuk menunjukkan perkembangan keterampilan argumentasi PCT dari awal hingga akhir penelitian. Tabel 3 menampilkan bagaimana penulis mengkodekan argumentasi PCT dalam wawancara.


Hasil :

Skor rata-rata SWH untuk setiap laporan PCT lebih dari 8 dalam tiga topik ditunjukkan pada Tabel 4.


Salah satu faktor utama yang mungkin berperan dalam pengembangan tingkat argumentasi mungkin terkait dengan bagaimana PCT menangani masalah: PCT memeriksa masalah secara mendalam, mendiskusikan dan mengevaluasi kemungkinan jawaban bersama, mempertimbangkan bukti, dan akhirnya mencapai konsensus.

Dalam penelitian ini, melalui laboratorium berbasis argumentasi, PCT memiliki kesempatan untuk menilai pemahaman mereka sendiri dengan menginterpretasikan grafik dan gambar yang membantu mereka memvisualisasikan dan membuat konsep menjadi konkrit; dengan demikian, mereka dapat meningkatkan pemahaman konseptual mereka pada tingkat sub-mikroskopis dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini sangat berharga karena berkaitan dengan pemahaman PCT pada tingkat sub-mikroskopis dengan keterampilan argumentasi laboratorium.

Nama : Fithrotul Azizah

NIM : 220321810697

Wednesday, January 25, 2023

Assessment of Learning


Judul Jurnal : An extension of the Thermodynamics Conceptual Reasoning Inventory (TCRI): measuring undergraduate students’ understanding of introductory thermodynamics concepts

DOI

Tujuan dan Novelty Jurnal :

Tujuan utama dari pendidikan sarjana adalah mahasiswa mampu memahami suatu konsep mendasar dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalah baru. Mahasiswa diharuskan memiliki pemahaman mendalam yang mendukung penalaran konseptual. Maka diperlukan instrumen yang dapat menilai kemampuan penalaran tersebut. Akan tetapi, kumpulan alat penilaian yang tersedia bagi instruktur atau peneliti untuk tujuan ini terbatas.

Dikembangkannya rancangan Thermodynamics Conceptual Reasoning Inventory (TCRI) untuk mengukur pemahaman mahasiswa (sarjana) tentang konsep dan hokum termodinamika. Kebaharuan dari jurnal ini adalah perluasan terkait 36 soal TCRI dengan reliabilitas dan validitas yang lebih luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti tambahan terkait validitas dan reliabilitas penggunaan dan interpretasi skor TCRI dengan sampel peserta yang lebih luas dan lebih dapat digeneralisasikan. Tujuan kedua dari studi ini adalah untuk mengukur apakah diperlukan revisi tambahan terhadap TCRI.

Metode Penelitian :

Terdapat 278 mahasiswa sebagai partisipan penelitian yang berasal dari 10 kelas yang menyajikan mata kuliah Termodinamika dari tiga Universitas di Amerika Serikat selama musim gugur dan musim semi. Persetujuan subyek manusia diperoleh sebelum melakukan penelitian, dan semua peserta setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. Standar etika APA diikuti selama penelitian berlangsung. TCRI berisi 36 item pilihan ganda dengan 34 item berpasangan dan dua item mandiri. Keseluruhan 17 pasangan item tersebut termasuk item penalaran konseptual dan item pembenaran.

Peneliti melakukan konsultasi individu untuk menentukan waktu pengimplementasian TCRI. Hal tersebut dimaksudkan agar : (a) semua konten yang dinilai dalam TCRI cukup diajarkan untuk semua partisipan, dan (b) semua partisipan dapat melaporkan sendiri nilai ujiannya.

Partisipan melaporkan secara mandiri skor yang didapat pada ujian pertama kuliah termodinamika. Partisipan  melaporkan secara mandiri IPK mereka dan nilai tersebut digunakan sebagai indikator dari kinerja akademik.

Pengolahan Data :

·         Normalitas dan distribusi skor TCRI dianalisis dengan uji skewness dan kurtosis z dan uji normalitas Shapiro-Wilk.

·         Reliabilitas skor TCRI dianalisis dengan menghitung alfa Cronbach sebagai ukuran konsistensi internal.

·         Hubungan antara skor TCRI dan indikator kinerja akademik lainnya, dinilai dengan menghitung korelasi antara skor TCRI dan nilai ujian kursus dan IPK.

·         Uji ANOVA satu arah digunakan untuk menganalisis perbedaan skor TCRI antara jurusan ME dan non-ME.

Hasil uji statistik :


Pembahasan dan intepretasi data hasil :

Di berbagai metrik, distribusi skor menunjukkan bahwa skor TCRI memiliki sensitifitas terhadap perbedaan di antara siswa dan memiliki potensi untuk berkembang dalam menguasai materi dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan pemahaman siswa tentang hukum pertama termodinamika. Selain itu, skor TCRI secara statistik berkorelasi signifikan dengan nilai ujian dan IPK. Hasil ini sangat menjanjikan mengingat variasi substansial yang terjadi secara alami antara universitas dan instruktur yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan dan interpretasi skor TCRI dapat meluas pada topic termodinamika yang relevan. Akan tetapi dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menggeneralisasikan skor TCRI untuk populasi partisipan yang lebih luas.

 


Hari Raya Idul Adha 1446H

 Ibadah haji adalah bentuk kasih sayang dari Allah SWT Mutiara hikmah : Bukti ketaatan seorang hamba kepada Sang Khalik untuk mendatangi-Nya...