Judul : Tasawuf Modern
Penulis : Prof. DR HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amarullah)
Editor : Muh Iqbal Sentosa
Tahun : Terbit Pertama kali pada 1939, cetakan versi baru ke-8, 2018
Penerbit : Republika Penerbit
Tebal buku : xx+377 hal; 13.5x20.5 cm
ISBN : 978-062-8997-98-0
Kesan Pertama : "Jika disebutkan bahwa bahagia itu sederhana dan berasal dari dalam diri kita, aku ingin tahu apa makna bahagia yang sederhana dan sesungguhnya?"
Sampul depan buku |
Buku yang ditulis oleh salah satu ulama' legendaris dari tanah Sumatra, penuh nasehat bijak dan menggema dalam hati setiap pembacanya. Dalam kata pengantar yang ditulis langsung oleh Buya Hamka disebutkan oleh beliau bahwa buku ini adalah ringaksan dari 12 kitab yang langsung beliau sebutkan dan kitab-kitab lain yang belum beliau cantumkan. Buku ini memuat tentang ilmu ketuhanan yang dikemas dalam pemikiran yang lebih terbuka dan berfokus kepada pendekatan bahwa manusi adalah makhluk yang layak untuk bahagia.
Terdapat tiga belas bab dalam buku ini, dari bab I hingga bab XIII adalah :
Pendapat-pendapat Tentang Bahagia; Bahagia dan Agama; Bahagia dan Utama; Kesehatan Jiwa dan Badan; Harta Benda dan Bahagia; Qana'ah; Tawakal; Bahagia yang Dirasakan Rasulullah Saw.; Hubungan Ridha dengan Keindahan Alam; Tangga Bahagia; Senangkanlah Hatimu; Celaka dan Munajat.
Dalam meneliti mengenai bahagia, penulis menjabarkan arti bahagia dari berbagai aspek, mulai dari pendapat ulama', hadist dari Nabi hingga pendapat dari para filosof. Kemudian penulis juga merangkumkan mengenai macam-macam bahagia, sebab bahagia dan betapa pentingnya bahagia. Dalam buku ini penulis juga menegaskan bahwa betapa bersinerginya agama dengan kebahagiaan, bahagia dengan pengetahuan serta Islam dan kemajuan.
Disebutkan juga oleh penulis mengenai cara bahagia menurut agama yaitu ada empat perkara yaitu I'tikad yang bersih, Yakin, Iman dan Agama. Setiap muslim harus memahami hakekat ini, mengenai apa yang diminta oleh agamnnya dan bagaimana menyelaraskan diri dengan ketentuan yang ada agar timbulah rasa bahagia yang hakiki. Dalam bagian ini penulis mengutip nasehat dari tabi'in yang masyhur Hasan Basri yaitu :
"Seketika badan sehat dan hati senang, semua orang mengaku beriman. Tetapi setelah datang cobaan, barulah dapat diketahui benar atau tidaknya pengakuan itu. Orang yang berkehendak supaya terkabul segala permintaannya itu hari ini juga tiada sabar menunggu, itulah orang yang lemah iman.".
Bahagia yang sebenarnya dijelaskan bahwa harus berasal dari otak dan budi yang sadar akan Allah. Berpesan Buya Hamka bahwa manusia ini dipenuhi denan hawa nafsu sehinga harus dibiasakan untuk membela kebenaran dengan tidak bosan dan terus menerus, harus mencari letak kebenaran bagaimanapun halangan yang dihadapi. Serta yang tidak kalah penting haruslah kita ikhlas dalam melakukannya. Dalam bagian ini penulis berpesan :
" Jika engkau orang bodoh, belajarlah kepada yang pintar, jika engkau orang pandai, ajarlah orang bodoh. Tunjukkan kemaslahatan yang mengenai keselamatan dunia dan akhirat; jangan mereka disakiti...".
Penulis juga menasehatkan untuk menjaga kesehatan; kesehatan jiwa dan kesehatan badan. Penulis menasehatkan untuk menjaga kesehatan perlu dilakukan lima perkara yaitu bergaul dengan orang-orang budiman, membiasakan pekerjaan berpikir, menahan syahwat dan amarah, bekerja dengan teratur dan memerikas cita-cita diri sendiri. Kita juga harus menahan dan mengelola amarah sebaik-baiknya karena marah yang negatif bisa merusak banyak hal. Kita juga harus senantiasa tahu diri bahwa kita tidak selamanya ada disini, ada kematian yang akan mendatangi kita. Penulis mengutip tulisan di dinding istana seorang raja Arab yaitu :
"Dengan nama Allah Yang Pengasih lagi Penyayang. Ingatlah, engkau duduk sekarang di sini, karena ada yang telah pergi.".
Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai makna kaya yang sesungguhnya dimana ada kutipan yang menuliskan bahwa : "Orang kaya adalah orang yang sedikit keperluannya.". Maka disajikan pula ilmu mengenai harta yang baik dan yang buruk agar kita lebih mampu berhati-hati dalam mencari rizki. Harus menggunakan harta dengan sebaik-baiknya agar batin kita, tubuh kita dan keperluan hidup kita terpenuhi haknya. Maka belajar untuk menerima cukup atau Qana'ah, dimana itulah kekayaan yang sebenarnya. Dimana disebutkan pula sabda Rasul yaitu : "Qana'ah itu adalah harta yang tak akan hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap."(HR at-Thabrani dalam kitab al-Ausath dari Jabir). Di bagian akhir penulis kembali menegaskan bahwa "Wajiblah pendidikan dan pengajaran zaman sekarang disandarkan atas mempersesuaikan alam bahagia jiwa dengan bahagia luar...".
Buku ini disarankan dibaca untuk pembaca yang sedang belajar ilmu filsafat dan dibutuhkan pemahaman dan perenungan yang mendalam dalam setiap bab nya, hal ini untuk lebih memantapkan diri. Buku ini memuat banyak nasehat yang menggugah, namun memang diperlukan ketelatenan dalam membaca karena banyak penjabaran secara detail dan cerita yang mana di beberapa bagian belum sering kita dengar. Dari segi bahasa meskipun telah diedit oleh penyuting buku ini tetaplah berciri-khas bahasa melayu dan pemilihan kata yang tidak kekinian sehingga bagi pembaca yang menggunakan metode membaca cepat akan mendapat sedikit kendala pemahaman bahasa.
No comments:
Post a Comment