Malam semakin matang, beberapa jam lagi ufuk timur akan dihias mega merah fajar indah. Aku termenung di sela waktu menuju pagi ini, menyapa diriku yang terlalu lama terlelap dalam malas. Banyak orang berkata kemalasan akan membawamu kepada kegagalan, tapi bagiku malas laksana pisau bermata dua. Malas bisa membantumu beristirahat sejenak dari semua kelelahan yang ada dan malas lebih sering membuatmu menjadi orang yang mencampakkan waktu luang seenaknya.
Begini lah, rasa sunyi dan dingin nya dini hari memanggil kembali jiwaku untuk sejenak duduk dalam renungan mengenai kemalasan (yang membuat banyak hal tertunda dan tidak jadi aku kerjakan). Aku menemukan sunyi ini dari kemalasan yang membosan kan, yang entah bagaimana memanggil alam bawah sadar ku untuk memarahi diriku sendiri, lebih tepatnya mungkin memarahi egoku yang terlalu dimanja malas. Bersyukurnya aku karena nyatanya aku memang telah terlampau malas dan kini mulai kembali sadar bahwa mode penyesuaian harus segera dihidupkan.
Mode penyesuaian? Apa itu? Hemat ku itu adalah mode dimana aku harus lebih memaknai waktu dengan lebih baik. Dengan lebih mendekat kembali kepada Tuhan dan mengirim banyak-banyak sholawat kepada Baginda Nabi. Dengan lebih menyepi dalam ramai dunia yang tiada henti mendengung di hati dan kepala ku. Merasa sepi dalam keramaian tidaklah masalah bagiku, sepanjang itu untuk menjadi kan aku fokus pada apa yang harus aku kerjakan (sendiri) dan menolak segala kemewahan leha-leha yang bisa aku lakukan dalam keramaian waktu luang itu sendiri.
Aku dalam label sapaan ini sejujurnya sedang menyapa diriku sendiri, sejauh apa aku telah melangkah di ujung waktu perkuliahan? Sudah semester enam tapi kelakuan masih ambrul adul seperti ini. Kalau memang ternyata malas merajai diri pastilah ada kesalahan yang telah aku perbuat sehingga mengundang malas itu sendiri. Semua ini aku yang menyebabkan dan aku yang harus menanggung konsekuensinya. Bukankah begitu? Karenanya beruntunglah bagi kalian yang memahami betapa pentingnya menghargai waktu luang dan kesehatan yang Allah berikan kepada kalian.
Hidup yang hanya sekali ini teramat pahit jika kita terlalu mengejar dunia dan akan teramat beresiko jika hanya mengejar akhirat. Hidup yang hanya sekali ini harus seimbang, menempatkan berbagai hal sesuai porsinya masing-masing. Dunia jalan dan akhirat tetap terpegang. Kalimat itu manis dikatakan tapi memang tidak mudah dilakukan. Tidak mudah bukan berarti imposible kan? Pasti bisa "mentas" dari rasa malas yang negatif ini. Berjalan perlahan dan tiada tergesa dalam menyalakan mode penyesuaian, bergegas dalam memperjuangkan impian kembali.
Dalam kesyukuran, selalu ada jalan untuk kembali pulang dan duduk sejenak untuk melepas penat. Apapun keadaan yang sedang menyertaimu, apapun hidangan yang sedang kamu nikmati dan apapun takdir yang sedang kamu jalani. Ingat bahwa kita harus selalu mensyukurinya karena (kesadaran dan kebahagiaan) itu adalah nikmat Tuhan untuk hidup kita ini. Bismillah dalam mengawali langkah, pasti ada jalan keluar terbaik dari segala kesusahan dan kebahagian semu.
No comments:
Post a Comment