Thursday, December 5, 2019

Bentang Rindu

Senja di awal Desember
Dalam naungan keindahan senja suatu sore di awal Desember. Senja kali ini membawaku teringat akan janji diri, dimana dulu sering sekali aku mengikrarkan untuk terus berjuang apapun keadaannya, apapun halangannya. Sekarang, dalam suasana senja yang syahdu (sehabis hujan lebat tadi siang) aku melihat dan merasakan betapa indah senja yang disuguhkan Sang Maha Pencipta. Aku menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan, mencoba mengingat kembali segala asa pada masa lalu, asa yang dahulu aku canangkan pada diriku sendiri. Akan tetapi kini seakan diriku terbawa waktu yang membawaku semakin menjauh dari masa lalu, dan naasnya segala janji diri itu mulai memudar dari jiwaku.

Segala bahagia dan luka silih berganti, menyebabkan jiwa ini semakin tertempa, semakin faham bagaimana cara kerja kehidupan. Akan tetapi pada suatu luka yang cukup dalam aku sempat merasakan betapa sangat pedihnya mengikhlaskan sekaligus merasakan bias tipis rasa pesimis dan realistis. Sungguh, senja kali ini membuatku merindu akan semangat yang sempat terkubur rasa putus asa dan terkubur oleh rasa kehilangan. Akibat lain dari luka itu adalah aku sempat cukup lama bergulat dengan amarah pada diri sendiri, menyalahkan betapa diriku lemah dalam menghadapi masalah.

Akan tetapi Allah selalu memberikan jalan terbaik atas segala masalah, dimana perlahan banyak teman-teman yang menguatkan, penerimaan dalam keluarga dan kemudian mulai berdamai dengan diri sendiri. Sangat bersyukur ketika ada yang mengatakan padaku bahwa tidak apa-apa menangis, karena gagal setelah mencoba lebih baik dari pada rasa penasaran akibat tidak pernah mencoba. Betapa Allah sangat baik memberikan tenggat waktu untuk menyembuhkan diri, menyembuhkan hati dan kemudian perlahan mulai menapak lagi. Sungguh (melalui kegagalan), Allah sebenarnya memberikan kesempatan kita untuk memperbaiki diri, berintropeksi dan bisa belajar mengenali diri lebih dalam.

Sungguh, benar memang kata orang bijak, yang mana mengatakan bahwa kebahagian itu ada dari pengalaman nyata, tidaklah cukup hanya membaca atau mendengarkan cerita. Kini, setelah segala badai yang ada, kesiur angin hangat senja mulai menghangatkan jiwa. Lalu sebentar lagi dinginnya malam akan mendekap, hingga kemudian hangat sang fajar kembali memeluk kita, kemudian berulang kembali, lagi dan lagi hingga waktu akhir datang. Maka, segala hal yang terjadi dalam hidup inipun begitu, berpola, jatuh-bangun juga berpola dan itu semua punya maksud baik untuk pendewasaan diri dan memperkokoh rasa penerimaan. Kemudian setelah berbagai bahagia dan luka, kita memang tidak akan pernah lagi menjadi orang yang sama. Memang begitulah, perubahan adalah keniscayaan maka ketika kita sendiri berubah, jangan sampai menuntut orang lain terus menerus sama seperti yang kita kenal dahulu. 

Kini, selepas luka dan usaha untuk bangkit, aku dapati diri kembali merindu dan benar-benar merindu bara semangat seperti waktu itu. Semoga masih ada waktu yang tersisa untuk menggenapi asa, untuk memenuhi janji dan menuntaskan tugas. Meski dengan sedikit perubahan disana-sini sungguh tidak apa-apa, karena melalui waktu yang diberikan oleh Allah, waktu yang dihabiskan karena Allah, semoga rindu ini akan tertambat pada tempat yang terbaik, akan berakhir dengan kedamaian yang abadi.  

No comments:

Post a Comment

Berdo'a kepada Allah Melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Oleh : KH Syaifuddin Zuhri Tempat : Masjid Al-Azhar Turen Usaha kita yang pendosa ini adalah berusaha dan berdo'a, meminta wasilah kubr...