Rasulullah menjanjikan bagi siapa yang mengistiqomahkan membaca istighfar selepas sholat, dia akan dijauhkan dari kesempitan hati, akan dihilangkan kegalauan dan diberikan rizki dari sesuatu yang tidak dia duga.
Ngaji Kitab Al-Minahus Saniyyah
Ditulis oleh Syekh Sayyid ‘Abd al-Wahab asy- Sya’rani
Ngaji bersama Ustadz Khudori Soleh, PP Al-Azkiya’
2 Ramadhan 1441 H
Posisi taubat dibandingkan maqom yang lain adalah taubat sebagai dasar dari maqomah yang lainnya. Orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah harus melalui tahapan-tahapan dan tahapan inilah yang dinamakan maqom. Seperti ketika kita ingin membangun rumah, kita harus memiliki lahan terlebih dahulu, kita harus memiliki pondasi terlebih dahulu, maka dalam beragama lahan dan pondasi itu adalah taubat dan istighfar yang istiqomah.
Orang yang bertaubat dengan benar, akan terjaga amalannya, akan diberikan kemudahan untuk menempuh maqomah selanjutnya. Taubat ini sebanding dengan maqom zuhud, dimana bila seseorang bisa menjalankan zuhud dengan baik maka dia juga akan terhindar dari apa yang membuat dia tidak bisa istiqomah dalam bertaubat (zuhud disini adalah ketika hatinya tidak terpengaruh oleh duniawi, tetapi tidak berarti miskin). Bila taubat tidak bisa dilakukan dengan benar maka rusaklah maqomah yang lainnya, bangunan yang dia bangun tidak kokoh dan mudah roboh.
Muhammad ibn Inan berkata bahwa “Siapa yang istiqomah bertaubat, tingkat spiritualitasnya akan naik hingga tidak terbatas. Orang itu akan mendapatkan apa yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Begitupun kebalikannya, siapa yang tidak istiqomah maka dia sama sekali tidak akan mendapatkan nilai lebih, dia tidak akan mendapatkan apa-apa.” Ini berarti siapa yang ingin mendapatkan sesuatu yang istimewa hendaklah dia beristiqomahlah dalam bertaubat dan melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah.
Seseorang yang tidak mampu menjaga pikirannya dari maksiat, dari angan-angan buruk bahkan dalam sholatnya masih memikirkan hal buruk sehingga sholat yang dia dirikan tidak khusyu’ maka dia kurang beristighfar, dia kurang khusyu’ dalam beristighfar. Membacalah istighfar sesering mungkin, bila sudah banyak membaca istighfar namun pikiran buruk itu masih ada maka tidak ada kekhusyu’an dalam membaca istighfar yang banyak itu. Nabi Muhammad beristighfar sedikitnya seratus kali setiap hari, maka apakah kita tidak malu jika hanya beberapa kali beristighfar dalam sehari?
Allah sendiri yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk beristighfar secara istiqomah. Kemudian Nabi menjanjikan bagi siapa yang mengistiqomahkan membaca istighfar selepas sholat, dia akan dijauhkan dari kesempitan hati, akan dihilangkan kegalauan dan diberikan rizki dari sesuatu yang tidak dia duga. Allah begitu pemurah, bila ingin rizki diluaskan dan hati dilapangkan maka perbanyak dan istiqomahlah dalam beristighfar.
Anggota badan yang dzohir dan batin perlu kita ajak intropeksi di setiap pagi dan malam hari. Seperti yang disarankan dalam kitab Bidayatul Bidayah, setiap akan tidur berwudlu lalu membaca do’a – do’a. Kemudian berfikir apa saja yang telah dilakukan seharian ini, sudah lebih banyak melakukan hal baik atau justru lebih banyak melakukan hal-hal buruk. Sehingga bila setiap sebelum tidur kita mengintropeksi diri maka tidak ada istilah ketiduran dan tidur kita akan berkualitas.
Intropeksilah diri kita setiap harinya, renungkan untuk apa mulut, mata, telinga dan anggota badan kita digunakan, untuk hal baik atau hal buruk. Bila seseorang mengintropeksi dirinya setiap hari maka dia tidak akan “kedlurung”, dia tidak akan melakukan kesalahan yang berulang ulang, dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama berbulan-bulan. Kita melakukan kesalahan jangka panjang dan tidak merasa hal itu salah disebabkan karena kita jarang mengevaluasi diri kita. InsyaAllah bila setiap malam kita mengintropeksi diri maka kita akan menyadari kesalahan kita dan tidak melakukannya di hari esok.
Apabila selama sehari kita telah melakukan hal-hal baik maka jangan menyombongkan diri. Cukuplah bersyukur dan berjanji besok berusaha melakukannya lagi atau lebih meningkatkan perbuatan baik tersebut. Apabila selama sehari kita sadar telah berbuat dosa maka segeralah menyesal, segeralah beristighfar. Kemudian bersyukur kepada Allah karena kita bisa bertaubat, Allah memberikan kita kesadaran dan Allah memberi kita kesempatan untuk memperbaikinya di hari esok. Lalu jangan lupa untuk bersyukur karena Allah tidak memberikan penyakit atas anggota badan kita yang telah kita gunakan untuk melakukan maksiat.
No comments:
Post a Comment