Judul
jurnal : Facilitating Argumentation in the Laboratory: The Challenges of Claim
Change and Justification by Theory
Latar
belakang :
Argumentasi ilmiah adalah strategi utama yang
digunakan siswa untuk memahami konten dan prosedur pembelajaran berbasis
inkuiri. Dalam argumentasi ilmiah, siswa membuat klaim yang didukung dengan
bukti dan menunjukkan alasan mengapa bukti itu mendukung klaim yang dibuat.
Mengintegrasikan berbagai aspek argumentasi ilmiah dapat menjadi suatu
tantangan bagi siswa, terutama jika mereka diharuskan untuk mengajukan klaim
untuk mengakomodasikan bukti-bukti baru.
Permasalahan
yang relevan :
Dalam konteks sains, keterampilan argumentasi
dihadapkan pada tantangan ekstra untuk menerapkan konsep atau teori ilmiah yang
dipahami di tingkat dasar untuk mendukung atau menjustifikasi bukti-bukti.
Hasilnya yaitu, ketika siswa telah memahami konsep argumentasi, mereka akan
menyampaikan data mereka sebagai bukti dengan pendekatan yang umum, dan tidak
merasionalisasi penggunaan bukti tersebut untuk mendukung klaim yang mereka
buat. Hal yang paling sulit bagi siswa adalah aspek sanggahan dalam argumentasi
ilmiah, terutama jika mereka harus mengubah klaim untuk mengakomodasikan bukti
atau ide baru.
Solusi
yang ada :
Penelitian yang berfokus pada argumentasi grup telah
menunjukkan beberapa perilaku umum di berbagai konteks yang secara general
membuktikan bahwa siswa kesulitan untuk memperhatikan ketiga aspek argumentasi
bahkan ketika diberi kesempatan. Umumnya, siswa akan membuat klaim, tetapi
kadar klaim tersebut didasarkan pada teori sains atau bukti yang cukup valid
atau bermakna berbeda-beda. Berland dan Reiser menggambarkan penjelasan siswa
yang berbeda dalam tingkat bukti vs kesimpulan dan pernyataan persuasif. Siswa
menggunakan bukti dalam pembuatan pengertian pribadi tetapi tidak dapat
menyampaikannya kepada audiens di luar "jawaban yang benar". Kuhn
menemukan bahwa sifat sosial dari argumentasi merupakan kunci dalam
merepresentasikan visi sains yang lebih akurat. Para peneliti secara
keseluruhan menyarankan agar para peneliti mempertimbangkan epistemologi:
investigasi tentang apa yang membedakan klaim yang dibenarkan dari opini.
Solusi
yang ditawarkan :
Penelitian tentang argumentasi mahasiswa yang
disajikan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tentang
argumentasi pada umumnya karena penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tingkat
sarjana, dan bukan pada siswa sekolah menengah atau sekolah menengah pertama.
Selain itu, penelitian ini tidak difokuskan pada individu, tetapi melihat
kemampuan sekelompok mahasiswa untuk menggunakan kaidah wacana ilmiah melalui
penggunaan secara berulang-ulang untuk melakukan argumentasi ilmiah. Mata
kuliah laboratorium yang spesifik pada suatu disiplin ilmu memberikan konteks
yang unik untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi dan
mengembangkan kemahiran dalam praktik-praktik ilmiah yang dibutuhkan dalam
suatu disiplin ilmu, termasuk dalam berargumentasi. Penggunaan laboratorium
untuk memfasilitasi pengembangan argumentasi mahasiswa didukung oleh pernyataan
bahwa observasi dan eksperimen bukanlah landasan di mana ilmu pengetahuan
dibangun, tetapi keduanya merupakan jalan menuju kegiatan rasional untuk
menghasilkan argumen dalam mendukung klaim pengetahuan.
Tujuan
penelitian :
Studi
ini meneliti argumentasi mahasiswa dalam rangkaian laboratorium kimia dasar
selama dua semester di sebuah universitas terkemuka yang melayani mahasiswa
minoritas di Midwest, yang menggunakan model instruksional Argument-Driven
Inquiry (ADI) untuk pengajaran di laboratorium. Penelitian yang disajikan di
sini menggunakan data video dan wawancara untuk mengamati siswa dalam rangkaian
laboratorium kimia dasar selama dua semester untuk menentukan elemen
argumentasi mana yang paling menantang bagi siswa, terlepas dari instruksi dan
scaffolding yang diberikan.
Pendekatan ADI terdiri dari langkah-langkah berikut yang berlangsung selama 4 minggu untuk kelas laboratorium yang biasa dilakukan sekali seminggu:
(2)
dosen memperkenalkan tugas dan memberikan pertanyaan pemandu;
(3)
siswa bekerja dalam kelompok untuk menguraikan metode pengumpulan dan analisis
data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan pemandu;
(4)
siswa melaksanakan rencana investigasi dan mengumpulkan data;
(5)
siswa menganalisis data mereka dan mengembangkan argumen sementara (klaim yang
didukung oleh bukti dan pembenaran dari bukti tersebut);
(6)
siswa berbagi argumen dan mengkritisi argumen rekan-rekan mereka selama sesi
argumentasi;
(7)
setiap siswa menulis laporan investigasi;
(8)
laporan tersebut akan melalui tinjauan sejawat secara double-blind; dan
(9)
siswa diberi kesempatan untuk merevisi dan menyerahkan laporan mereka kepada
instruktur untuk dievaluasi.
Laporan
akhir diserahkan pada minggu ke-4 dari siklus tersebut. Percobaan-percobaan
tersebut saling tumpang tindih sehingga langkah 1, 2, dan 3, yang merupakan
minggu ke-1 lab kedua, dilakukan pada periode lab yang sama dengan langkah 8,
yaitu minggu ke-3 lab pertama.
Pengumpulan
data :
Sesi
argumentasi (langkah 5 dan 6) direkam untuk investigasi pertama dan terakhir di
laboratorium kimia dasar (GC1 dan GC2) pada setiap semester. Keempat asesmen Scientific Argumentation
dijelaskan dalam Tabel 1.
Sesi
argumentasi (langkah 6) melibatkan pembagian kelompok inti menjadi 2-3 anggota
keliling dan satu anggota penyaji. Para anggota yang berkeliling biasanya
mengunjungi 2-3 papan tulis sehingga terbentuklah kelompok sementara dengan
penyaji (lihat Gambar 2).
Nama : Fithrotul Azizah
NIM
: 220321810697
S2 Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang