Sunday, February 17, 2019

Iri dalam Hati

Malam datang dengan segala peristiwa yang membuat kita ingin segera faham apa arti kegelapan. Sayangnya pagi mau tidak mau juga datang dalam cahaya terang yang mengusaikan gelap. Selama bumi ini masih berputar maka siang dan malam silih berganti menyapa kita. Waktu, yang mengalir melukis ruang dan membentuk dimensi dimana kita hidup dan berjuang. Kalau hidup ini hanya sebatas siang dan malam maka makna hidup hanya sebatas iya dan tidak.
Hidup lebih dari apa yang kita kira, hidup ini penuh kejutan dan di dalamnya banyak paket istimewa bagi mereka yang memiliki jalan dan menggunakan peluang yang ada dengan cerdas dan bijak. Banyak orang lalai dan tidak sedikit yang menandai kesempatan meski terhimpit rasa sakit yang dibumbui stress. Baiklah, pertanyaannya mau jadi apa kita? Bagaimanakah langkah yang akan kita tempuh untuk menjalani kehidupan ini. 
Akupun masih belum yakin kepada apa yang aku lakukan saat ini sudah lebih benar atau malah lebih salah. Satu hal yang aku tahu bahwa setiap pertemuan telah ditetapkan oleh Allah, rasa iri dan pengandaian memang selalu ada. Apalagi seperti saat kita melihat mereka, teman masa lalu kita hidupnya jauh lebih sukses dari kita. Hal yang ingin aku sampaikan adalah, terima kasih dulu pernah menjadi bagian hidupku hingga akhirnya pada titik kita berpisah kamu memiliki takdir yang indah. 
Disini nyatanya takdir ku pun indah, dalam senyum yang tetap bersemayam. Aku masih tetap yakin bahwa mengamati memang mudah tapi menempatkan diri untuk paham rasa sakit mereka hingga mencapai titik sekarang masih menjadi usaha untuk terus aku perbaiki. Aku harus percaya bahwa rasa sakit mereka di malam hari dan ketahanan mereka di siang hari bukan satu-satunya kunci sukses mereka. Kesungguhan mereka mencari ilmu, kerja keras mereka menyelesaikan tugas diimbangi dengan ketaatan pada Allah dan pengabdian untuk kedua orang tua mereka. 
Mulailah pahami bersama bahwa meng-iri kesuksesan tidak salah, tapi lebih baik meng-iri cara mereka tahan dengan badai topan dan meng-iri kekuatan mereka bangkit dari jatuh yang menyakitkan. Aku, kamu mungkin belum benar, tapi mereka (teman mu dan teman ku)  telah buktikan kebenaran kasih sayang Allah tiada berbatas. Waktu berlalu, dimensi kita berubah, cerita kita tertinggal maka lakukan yang membuatmu bahagia kini dan esok. Apa itu? Ikhlas dan kerja dengan tuntas. 
Ini kutulis untuk mengingatkan diriku, untuk mengingat kan kamu yang mau membaca dan mencoba memahami rasa iri yang lebih baik. 

No comments:

Post a Comment

Berdo'a kepada Allah Melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Oleh : KH Syaifuddin Zuhri Tempat : Masjid Al-Azhar Turen Usaha kita yang pendosa ini adalah berusaha dan berdo'a, meminta wasilah kubr...