Monday, February 25, 2019

Melepas Lelah Agar Lillah

Dunia berikan kita banyak hal yaitu keindahan, kekuatan dan kegagalan. Dalam setiap waktu terjadi berbagai peristiwa yang membuat siapa saja bisa menjadi berbeda. Salam jumpa untuk segala apa yang telah terjadi, masa lalu telah menjadi dahulu dan tiada bisa diubah. Kaki tetap harus terus melangkah bagaimanapun sebab yang membuat kita ingin berhenti. Di antara kemelut gejolak hidup ingin sesekali menghilang dan menepi. Merasakan banyak hal agar tidak terjadi kesalah-fahaman, agar egoisme tidak menggemuruh memenuhi jiwa.
Egoisme kadang menjadikan kita hendak melakukan semuanya sekaligus, gegabah dan malah mengkesampingkan diri kita sendiri atau malah sesungguhnya melalaikan kepentingan bersama. Ego yang penuh nafsu membuat kita kehilangan diri kita sendiri, menuntut keempurnaan tanpa mau berproses. Berjalan dalam indahnya dunia, dibawah gemerlap lampu yang seakan menjanjikan bahagia selamanya. Jalan hidup yang beragam menjadikan kita saling terpacu untuk berlomba-lomba dalam mencapai asa. Pertanyaan yang sering kita abaikan adalah akan sampai kapan?
Beristirahat sejenak dari riuhnya dunia sangatlah perlu agar kita tidak selamanya terkontaminasi dengan polusi yang ditimbulkan kesibukan dunia. Beristirahatlah, tidur lah jangan tertidur agar jiwa dan ragamu benar-benar punya waktu untuk terbebas dari belenggu gaduh dunia. Beristirahatlah dan tanya dirimu sendiri, bagaimana jika akhir dari kehidupan adalah satu detik mendatang? Banyak hal yang telah kita lakukan, kebaikan, kelapangan juga telah kita dedikasikan. Tapi betapa masih banyak kesalahan yang kita lakukan, betapa banyak gunjingan yang kita utarakan dan sangat banyak kejahatan yang kita lakukan. Bagaimana kita akan mengakhiri segala perjalanan di dunia ini?
Aku salah, punya banyak masalah dan masih sangat jauh dari kata baik. Aku masih seorang bajingan yang terlalu sering berkata "nanti", tapi kali ini satu hal yang ingin aku katakan pada diriku sendiri bahwa "Jangan malu mengatakan lelah, istirahatlah dan renungkan hidupmu jika kamu memang butuh itu, tapi selalu ingat tujuan besarmu. Setelah ini kembali berjalan lagi sebab Allah masih memberi waktu untuk berusaha." Dalam terik siang yang kemudian berubah karena hias awan mendung banyak hal yang kini aku renungkan. Kesalahan, kegelisahan, kebahagiaan, kejenuhan dan kegembiraan menjadikan banyak tanya kembali menggema. Syukurlah selalu ada Allah untuk menjadi penguat di setiap langkah kaki.
Ayo bersama-sama bertafakkur, bersama-sama saling mengingat dan mengingatkan dalam kebaikan, saling memahami bahwa sama-sama pernah berbuat salah dan masih belum utuh berbuat baik. Ayo berpesan untuk kebaikan dengan mengingatkan diri sendiri, mengajak orang lain menjadi baik dan berusaha berakhlak baik dalam setiap perilaku. Dunia ini indah, tapi tidak selamanya bukan? Dunia ini penuh dengan kejutan karena memang ini ladangnya kita, ini tempat hidup kita dan dunia ini lah panggung sandiwara kita. Tapi sekali lagi mari ingat kita dibawa oleh arus ruang-waktu yang tiada berhenti berjalan. Entah kapan jatah ruang-waktu kita di dunia ini habis, yang jelas kini kita harus menepi untuk kembali memahami. Mari menutup renungan dengan membaca arti Al-Qur'an surah Al-Mu'minun surah 112-116 berikut :
"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?'. Mereka menjawab : Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung'. Allah berfirman : 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka kamu akan mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?'. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya, tidak ada Illah (yang berhak diibadahi) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia."
Nikmati keindahan dunia yang mempesona tapi jangan mau dilalaikan oleh dunia yang hanya seolah-olah bahagiakan kita

Bertemankan Angin

..................................................................................................................................

Bertemankan Angin
Sendiri aku sadar bahwa bahagia ada untuk dinikmati
Bersama mereka aku faham bahwa kebersamaan ada untuk dijalani
Selaksa rindu dan maaf aku titipkan pada hembusan angin pagi
Biarlah babak demi babak kehiduapan menghampiri
Salam bagi mereka yang jauh agar tiada lagi dengki
Baiklah, aku harus kembali berlari
Sajak ini bukan untuk dinikmati
Bukan pula untuk menyakiti
Sampai nanti aku akan terus menulis
Bagaikan aliran yang tidak bisa dibendung lagi
Sampaikan rinduku Tuhan, pada dia yang kami sayangi
Bertemankan angin aku akan mengerti
Sampaimana kekuatan ego ini
Bertemankan angin aku akan memahami
Sampaikapan aku akan berkeras pada ego sendri
Bertemankan angin aku pasti akan mengingat lagi
Seluruh asa dan cita yang telah terpatri
Bertemankan angin aku ingin terbiasa merasakan sunyi
Sunyi yang ternyata bisa aku nikmati untuk mengenali diri
Disini aku, bertemankan angin yang tiada ingkar janji
Ahad, 5 Agustus 2018

Sunday, February 24, 2019

BELAJAR ISTIQOMAH


Keberanian dalam melangkah membuat kita menjadi selangkah lebih maju dari pada orang lain. Nah setelah berani lalu meng-eksekusi apa yang menjadi mimpi kita, mudahkan? Nyataya tidak semudah itu menjalani hari demi hari yang ada. Galau, lelah dan badmood terlalu sering mewarnai diri kita dan pada akhirnya kita mengendap dalam kemalasan. Semacam kegundahan yang selalu datang lalu pergi ketika keberanian muncul lagi, sekarang mari kita cari tahu bagaimana mengimbangi keberanian dengan rasa galau yang bisa menyergap sewaktu-waktu.
Pertama kita bicara mengenai bahagia, satu kata yang banyak penafsirannya dan memiliki makna bergantung kepada siapa kita bertanya tentang apa itu bahagia. Bagi orang yang ingin dunia, bahagia dia adalah ketika ditangannya telah tergenggam harta yang sangatlah banyak dan selalu ingin menambah harta itu lagi dan lagi. Bagi orang yang beragama, bahagia adalah ketika kebijaksanaan stabil, dekat dengan Tuhan dan bisa beribadah dengan nyaman. Tapi, bagaimanapun juga bahagia sejati sulit didapat oleh kita yang belum mampu memaknai hakekat hidup ini. Penulis ingin mengutip kata-kata Buya Hamka yaitu.[1] :
Maka adalah kebahagiaan yang kita cari itu terlalu tinggi. Kita semuanya hanya mengumpulkan pendapat orang lain, karena demikianlah kita ini di dalam hidup. Kadang-kadang pendapat mereka itu belum pernah dirasakannya, hanya diangan-angannya saja. Begitulah agaknya. Kadang-kadang telah dirasakannya, tetapi tak sanggup dia melukiskan dengan puas, karena tidak mudah lagi manusia itu menerangkan segala kelezatan yang dirasakannya.
Dari pesan tadi penulis mengartikan bahwa tidak mudah menjadi seseorang yang bahagia, mana kala banyak standarisasi yang kita tetapkan secara tidak sadar. Justru ketika kita mencoba melepaskan segala belenggu standarisasi kebahagiaan itulah nantinya kita akan merasa bahagia. Jangan menghindari kekurangan baru merasa bahagia, tapi nikmatilah dan mulailah renungkan kekurangan yang kita miliki untuk membuat kita bahagia. Contohnya kita badmood karena kemalasan kita, kemalasan yang berujung menumpuknya tugas dan mengganjalnya urusan yang seharusnya bisa diselesaikan beberapa waktu yang lalu. Maka mari mencoba menepi dari rasa sesal dan mulai merenungkan bahwa kemalasan harus kita lawan perlahan, susun rencana dan satu hal awal yang menanggulangi kemalasan. Dengan cara itulah sebenarnya kita menyelesaikan satu masalah kekurangan kita dan layaknya kita bahagia karena mampu mengenali diri kita sendiri.
Pendapat orang lain tentang kebahagiaan perlulah kita dengar atau kita baca untuk pengetahuan dan tambahan wawasan kita. Agar pengalaman mereka untuk bahagia dan mengatasi masalah bisa menjadi referensi dan pengingat untuk kita. Karena seperti Ayu Utami dalam novelnya yang menyebutkan bahwa berbahagialah mereka yang percaya tanpa harus melihat.[2]. Belajar dari kesalah orang lain, dari kisah sedih orang lain menjadikan diri kita terpacu untuk lebih berhati-hati dan menjadikan diri ini lebih mawas diri. Ketakutan yang timbul dari kisah orang lain juga perlu dicermati dari mana ketakutan itu muncul, apa pemicunya dan cobalah memahami keadaan disekitar mu apakah ketakutan itu layak menghalangi langkah mu atau tidak.
Kadang-kadang kita merasakan hal yang indah, kadang pula sulit untuk kita memaknai keindahan apa yang ada dalam diri ini. Istiqomah sebenarnya menjadi kunci penting untuk keberanian dan kebahagiaan kita di dunia ini. Istiqomah melakukan hal baik dan istiqomah dalam memulai melanggengkan kebiasaan yang terpuji. Melakukan dengan segera, tidak menunda-nunda pekerjaan dan menyelesaikan apa yang kita mulai agar target dapat dipenuhi dengan maksimal. Untuk mencapai itu semua, butuh ketekunan, butuh disiplin dan yang paling penting adalah istiqomah. Seperti kata Mario Teguh berikut ini.[3] :
Marilah kita lebih sibuk untuk bertindak, daripada sibuk memikirkan kegagalan. Janganlah hidup untuk menunda, hiduplah untuk bertindak.
Marilah istiqomah, yaitu melakukan hal-hal dengan terus menerus dan perlahan tapi pasti. Melakukannya setiap hari, memiliki ritme yang stabil dan ingin terus menerus melanggengkannya hingga ketika kita tidak melakukan ada rasa bersalah yang menuntut kita menggantinya di lain waktu. Bukan kah begitu makna dari kata yang disebut-sebut dari tadi yaitu “Istiqomah”?
Mari kita baca pesan yang dituliskan Imam Qori’ yaitu.[4] :
Bagi yang terlanjur mengatakan SULIT, ingatlah bahwa ajal ada saatnya. Kesulitan bukan berarti kita sikapi dengan putus asa. Pastikan kita bisa mengenal diri dengan lebih baik, mengenal kemampuan lebih maksimal. Jangan melakukan sesuatu tanpa ilmu, tanpa tahu kebenaran, karena bisa jadi bumerang. Tidak usah memaksakan diri agar kelihatan  lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Di dunia ini tidak ada kata SULIT yang ada hanya kata MALAS.”
Marilah sejenak kita perhatikan bahwa nyatanya mengubah diri menjadi seseorang yang lebih baik itu berbahaya jika kita lakukan secara instan. Mencoba mengubah diri secara mendadak untuk kepentingan sesaat justru mencederai diri kita sendiri, melukai jati diri kita. Maka dari itu untuk berubah menjadi lebih baik kita harus melalui proses yang bernama istiqomah. Dengan istiqomah, diri kita belajar menyesuaikan dan belajar memantaskan menjadi baik di setiap langkah. Meski tertatih itu tidaklah salah, karena nanti akan ada saatnya diri kita menjadi lebih baik dan akan terselip bahagia karena telah berani melalui proses yang panjang. Berawal dari kata KEBERANIAN yang nantinya membuat kita ISTIQOMAH dan menjadi seseorang yang BERMANFAAT.
Jaga selalu diri kita, kesehatan jiwa kita, kesehatan rohani kita dan kesehatan raga kita. Bersihkanlah diri kita dari penyakit hati dan penyakit membenci diri sendiri. Menjaga, membersihkan dan mengobati apa yang telah terluka. Secara istiqomah mencoba hal baru yang lebih bermanfaat sekaligus perlahan meninggalkan apa yang membuat kita malas dan terluka. Mari kita baca pesan dari Hasan Basri yang dikutip oleh Buya Hamka, yaitu[5]  :
Pimpinlah dan kendalikanlah jiwa dengan baik, karena amat liarnya, dan beri ingatlah, karena dia lekas lupa.


[1] HAMKA.2018.Tasawuf Modern.Jakarta:Republika
[2] Utami, Ayu.2008.Bilangan Fu.Jakarta:KPG
[3] Qori, Imam.2015.Dibalik Rahasia Menghafal Al-Qur’an.Jombang:Mafaza Media
[4] Qori, Imam.2015.Dibalik Rahasia Menghafal Al-Qur’an.Jombang:Mafaza Media
[5] HAMKA.2018.Tasawuf Modern.Jakarta:Republika

Sunday, February 17, 2019

Iri dalam Hati

Malam datang dengan segala peristiwa yang membuat kita ingin segera faham apa arti kegelapan. Sayangnya pagi mau tidak mau juga datang dalam cahaya terang yang mengusaikan gelap. Selama bumi ini masih berputar maka siang dan malam silih berganti menyapa kita. Waktu, yang mengalir melukis ruang dan membentuk dimensi dimana kita hidup dan berjuang. Kalau hidup ini hanya sebatas siang dan malam maka makna hidup hanya sebatas iya dan tidak.
Hidup lebih dari apa yang kita kira, hidup ini penuh kejutan dan di dalamnya banyak paket istimewa bagi mereka yang memiliki jalan dan menggunakan peluang yang ada dengan cerdas dan bijak. Banyak orang lalai dan tidak sedikit yang menandai kesempatan meski terhimpit rasa sakit yang dibumbui stress. Baiklah, pertanyaannya mau jadi apa kita? Bagaimanakah langkah yang akan kita tempuh untuk menjalani kehidupan ini. 
Akupun masih belum yakin kepada apa yang aku lakukan saat ini sudah lebih benar atau malah lebih salah. Satu hal yang aku tahu bahwa setiap pertemuan telah ditetapkan oleh Allah, rasa iri dan pengandaian memang selalu ada. Apalagi seperti saat kita melihat mereka, teman masa lalu kita hidupnya jauh lebih sukses dari kita. Hal yang ingin aku sampaikan adalah, terima kasih dulu pernah menjadi bagian hidupku hingga akhirnya pada titik kita berpisah kamu memiliki takdir yang indah. 
Disini nyatanya takdir ku pun indah, dalam senyum yang tetap bersemayam. Aku masih tetap yakin bahwa mengamati memang mudah tapi menempatkan diri untuk paham rasa sakit mereka hingga mencapai titik sekarang masih menjadi usaha untuk terus aku perbaiki. Aku harus percaya bahwa rasa sakit mereka di malam hari dan ketahanan mereka di siang hari bukan satu-satunya kunci sukses mereka. Kesungguhan mereka mencari ilmu, kerja keras mereka menyelesaikan tugas diimbangi dengan ketaatan pada Allah dan pengabdian untuk kedua orang tua mereka. 
Mulailah pahami bersama bahwa meng-iri kesuksesan tidak salah, tapi lebih baik meng-iri cara mereka tahan dengan badai topan dan meng-iri kekuatan mereka bangkit dari jatuh yang menyakitkan. Aku, kamu mungkin belum benar, tapi mereka (teman mu dan teman ku)  telah buktikan kebenaran kasih sayang Allah tiada berbatas. Waktu berlalu, dimensi kita berubah, cerita kita tertinggal maka lakukan yang membuatmu bahagia kini dan esok. Apa itu? Ikhlas dan kerja dengan tuntas. 
Ini kutulis untuk mengingatkan diriku, untuk mengingat kan kamu yang mau membaca dan mencoba memahami rasa iri yang lebih baik. 

Thursday, February 14, 2019

TELAGA KAUTSAR

Orang tua adalah tempat pertama ku untuk mengeluh dikala aku belum tahu kemana aku harus mencurahkan kegundahan hati. Orang tua adalah segalanya ketika aku belum mampu memahami kejamnya dunia ini. Orang tua adalah tempatku mengeluh dan mencaci kemarahan yang aku terima dari kenyataan. Orang tua adalah sasaranku dulu berbuat nakal dan sungguh nasehat mereka sangat membuatku gusar. Orang tua adalah sasaran alasan ku tidak bisa bersenang-senang bersama teman-temanku dulu. Orang tua adalah sosok yang sekarang selalu aku rindukan. 

Dalam damainya senja dan dalam hangatnya fajar selalu aku terkenang betapa nakalnya waktu kecil dulu dan betapa masih belum mampu aku membahagiakan mereka kini. Berbahagialah kalian semua yang mana sekarang masih mampu menggenggam tangan kedua orang tua kalian. Beruntungnya kalian yang senantiasa di do'akan yang terbaik oleh ibu dan ayah kalian. Selalu sertakan permohonan bahagia dunia-akhirat kepada ibu ayah kita. Karena kita adalah investasi mereka dan karena kita tidak akan pernah mampu membalas jasa dan cinta kasih mereka.  



Telaga Kautsar
Andai aku mampu Tuhan

Aku akan memohon lari dari kenyataan
Namun nyatanya aku tak pernah mampu Tuhan
Mereka yang telah mengunciku
Membuatku tetap dalam jalan lurus
Menjagaku dari bahaya tak terurus

Andai aku bisa tetap terjaga Tuhan
Aku akan selalu menangis untuk mereka
Namun Engkau terlalu baik Tuhan
Membiarkan mereka menghapus
Menghapus air mata yang jatuh
Mereka merelakan diri menjadi benteng pelindung

Andai aku bisa berlari lebih cepat lagi Tuhan
Tentu aku akan meninggalkan mereka
Namun Engkau sungguh bijak Tuhan
Menunjukkan jalan yang lebih untuk ku
Mereka menuntun dan menguatkan ku
Menjadi alasan untuk tetap kuat bangun

Andai aku bisa mengulang masa lalu Tuhan
Akan menuruti apa saja yang mereka inginkan
Namun Engkau Maha Benar Tuhan
Masa lalu akan tetap sama
Seberapa dalam aku akan meratap sendu
Dahulu tetap lah tak mampu diubah semauku
Hanya mampu menerima dan meminta ampun

Andai aku terus bisa pulang Tuhan
Akan aku bawakan senyum terindah setiap harinya
Namun Engkau masih mengasihi mereka
Menjadikan emosi yang kadang meledak ini terjaga
Terjaga dari pandangan mereka yang senantiasa menyayangiku
Meski aku pengecut aku masih punya takut
Aku sayang mereka dan aku yakini itu

Andai aku mampu terbang Tuhan
Aku akan membawa mereka ke tanah haram
Namun aku harus sadar bahwa kekurangan ini punya tujuan
Engkau arahkan ku menuju jalan juang
Agar suatu saat nanti cita itu harus terwujud
Bersama pergi memenuhi panggilan-Mu
Karena aku sayang mereka terus menerus
Sampai surga-Mu

Puisi dibuat : 3/11/18

Wednesday, February 13, 2019

Semangat Pena

Assalamualaikum, 
Selamat Pagi semuanya.
Mengawali pagi dengan pengembaraan rasa apa yang akan terjadi hari ini. Memulai dengan rasa syukur akan kesempatan lalu menjejal banyak tanya akan apa yang hendak dilakukan hari ini. Segala resah dan ragu kadang tertumpah begitu saja, sering pula semangat menggebu dan selera perubahan menguar ke seluruh penjuru ruang. Setiap orang punya definisi masing-masing untuk seluruh pagi yang dia miliki. Begitupun saya yang memliki definisi yang sangat beragam dalam setiap pagi yang saya jejak.
Ketika hari berganti nanti mungkin ada cerita lain yang akan dibagikan, agar banyak cerita tak sekedar lewat dalam kehidupan. Inilah yang ingin terutarakan, fantasi, fakta dan imipian teraduk dan teramu dalam satu surel masa itu. Bagaimanapun itu, tetap dan selalu ada manfaat dalam setiap kesabaran yang dilakukan. Seberapa tahan dirimu? Seberapa sadar dirimu? Seberapa jauh kamu melangkah? Mari menjawab pertanyaan itu seiring waktu yang terus bergulir.

Berdo'a kepada Allah Melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Oleh : KH Syaifuddin Zuhri Tempat : Masjid Al-Azhar Turen Usaha kita yang pendosa ini adalah berusaha dan berdo'a, meminta wasilah kubr...